Minggu, 29 April 2012

Pengembangan Kurikulum



PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM INSTRUCTIONAL
PADA KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
BERBASIS KBK
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
A. Kebijakan Umum Kurikulum Pendidikan Tinggi
Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi secara umum mengacu kepada surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur kurikulum. berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be. Bersasarkan pemikiran tentang tujuan belajar tersebut maka mata kuliah dalam kurikulum perguruan tinggi dibagi atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Dalam Ketentuan Umum (7.8,9.10,11) dikemukakan deskripsi setiap kelompok mata kuliah dalam kurikulum inti dan pada pasal 9 berkenaan dengan kurikulum institusional. Dengan mengambil rumusan pada Ketentuan Umum, deskripsi tersebut adalah sebagai berikut: Keputusan Mendiknas yang dituangkan dalam SK nomor 232 tahun 2000 di atas jelas menunjukkan arah kurikulum berbasis kompetensi walau. pun secara. eksplisit tidak dinyatakan demikian.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu".
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu.
SK Mendilmas nomor 045 tahun 2002 ini memperkuat perlunya pendekatan KBK dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Bahkan dalam SK Mendiknas 045 pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa kelima kelompok mata kuliah yang dikemukakan dalam SK nomor 232 adalah merupakan elemen-elemen kompetensi.
Selanjutnya, keputusan tersebut menetapkan pula arah pengembangan program yang dinamakan dengan kurikulum inti dan kurikulum institusional. Jika diartikan melalui keputusan nornor 045 maka kurikulum inti berisikan kompetensi utama sedangkan kurikulum institusional berisikan kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya. Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045: Kurikulum inti yang merupakan penciri kompetensi utama, bersifat:
1) dasar untuk mencapai kompetensi lulusan
2) acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi
3) berlaku secara. nasional dan internasional
4) lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa mendatang, dan
5) kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan
Sedangkan Kurikulurn institusional berisikan kompetensi pendukung serta kompetensi lain yang bersifat khusus dan terkait dengan kompetensi utama.
Dalam rangka implementasi KBK di perguruan Tinggi, maka hendaknya kita memperlakukan kelima kelompok mata kuliah tersebut sebagai kelompok kompetensi. Dengan demikian maka setiap mata kuliah harus menjabarkan, kompetensi yang dikembangkan mata kuliah tersebut sehingga setiap mata kuliah memiliki matriks kompetensi. Setelah itu dapat dikembangkan matriks yang menggambarkan sumbangan setiap mata kuliah terhadap kelima, kategori kompetensi.
Dengan kurikulum berbasis kompetensi maka sistem penilaian hasil belajar haruslah berubah. Ciri utama perubahan penilaiannya adalah terletak pada pelaksanaan penilaian yang berkelanjutan serta komprehensif, yang mencakup aspek-aspek berikut:
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
Sementara itu strategi yang dapat digunakan adalah:
a. Mengartikulasikan standar dan desain penilaian di lingkungan pendidikan pendidikan tinggi.
b. Mengembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan proses pernbelajaran
c. Mengembangkan kemampuan subyek didik untuk memanfaatkan hasil penilaian dalam meningkatkan efektifitas belajar mereka
d. Memantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil belajar.
Perubahan yang mendasar juga terjadi pada kriteria lulus dan tidak lulus (menguasai kompetensi atau tidak). Dalam konteks ini tidak setiap kompetensi memiliki rentangan 0 - 4 atau E, D, C. B, dan A, melainkan pendekatan penilaian yang bersifat mastery (Mastery-based Evaluation) untuk menggantikan pendekatan skala yang digunakan pada saat ini.
Untuk mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik sejumlah komponen perlu terlibat secara inten dan memberikan perannya masingmasing sesuai dengan kapasitasnya, antara lain:
1) Visi dan Misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas dan akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
2) Partisipasi seluruh sivitas akademika (dosen, naahasiswa) dalam bentuk "shared vision" dan "mutual commitment" untuk optimasi kegiatan pembelajaran.
3) Iklim dan kultur akademik yang kondusif untuk proses pengembangan yang berkesinambungan.
4) Keterlibatan kelompok masyarakat pemrakarsa (stakeholders) serta. Masyarakat pengguna lulusan itu sendiri.

”PENDIDIKAN GURU BERBASIS INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY”
Abstrak
Pendidikan terus berupaya menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan global, tak terkecuali pola pendidikan bagi guru. Penggunaan ICT dalam pendiidkan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penyelenggaraan pendidikan bagi para calon guru dan para guru profesional. Terdapat beberapa model pembelajaran guru di beberapa negara dengan sistem pendidikan terbuka dengan pembelajaran jarak jauh misalnya : penggunaan Tvplus jurnalistik di Brazil, Pemanfaatan Radio interaktif di Afrika Selatan, Pengembangan kepala sekolah di Burkino Faso Afrika dan penggunaan ICT di CILI. Model yang banyak digunakan oleh beberapa negara adalah dengan pemanfaatan ICT terutama dengan sistem elearning. Hal tersebut diperkuat dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’, maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan e-learning, juga telah diijinkan menyelenggarakan-nya. Lembaga lembaga pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan keunggulan e-learning ini untuk program-programnya termasuk program pendidikan guru sedianya dilakukan analisis secara mendalam kemungkinan untuk diterapkan dalam pendidikan jarak jauh dengan menerapkan ICT.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DI SEKOLAH
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
"Membantu mewujudkan Sekolah yang Berstandar dan Bermutu..."
LAYANAN PELATIHAN ICT UNTUK GURU
Rasional
Kebutuhan akan multimedia Interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan Teknologi Informasi (IT) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya siswa mulai dari pra-sekolah, SD, SMP dan SMU/SMK dituntut untuk mengenal TI sejak dini. Kebutuhan ini tidak hanya sebagai wacana tetapi dilegalisasi melalui terbitnya Kurkulum 2004 yang memasukan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sekolah, lebih khusus lagi SMK TI secara spesifik mempelajari TI sebagai suatu keahlian produktif. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardawre komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (bantuan perasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Atas dasar pentingnya bahan pembelajaran berbasis ICT yang dirancang oleh guru bagi peningkatan kualitas pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan untuk kepentingan publikasi komunikasi dan informasi lembaga, maka sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk adanya peningkatan kemampuan para pelaku pendidikan/ pelatihan terutama guru untuk memiliki kemampuan dalam merancang multimedia interaktif untuk mengemas berbagai materi-materi pelajaran. Dengan demikian diperlukan adanya kegiatan Pelatihan Pembuatan Multimedia Interaktif berbasis Komputer .
Jenis Kegiatan Pengembangan
Terdapat beberapa jenis kegiatan pengembangan kompetensi guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK dalam penguasaan ICT untuk diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, yakni:
  1. Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
  2. Pelatihan Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran
  3. Pelatihan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
  4. Pelatihan Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
  5. Pelatihan Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Tujuan Kegiatan Pengembangan
  1. Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
  2. Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran yang dikuasainya untuk digunakan dalam PBM.
  3. Para Guru memiliki kompetensi dalam penguasaan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
  4. Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
  5. Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Materi Pelatihan
Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
  1. Power Point 2003/2007 Basic dan enrichment.
  2. Power Point to Flash (Mengubah file power point menjadi File format SWF)
  3. Articulate Presenter
  4. Teknik Penggunaan (use) dan pemeliharaan (maintenance) Multimedia Projector (all brand all type)
  5. Prinsip-prinsip desain presentasi sesuai dengan kaidah komunikasi visual Teknologi Pembelajaran.



Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan


Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan

PEMANFAATAN ICT DALAM PENDIDIKAN: KEBIJAKAN DAN STANDARISASI MUTU
Oleh: Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A.
Dosen Pasca Sarjana UNPAK dan Quality Management Representative SEAMOLEC
1. Latar Belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografi, manajemen pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas, anggaran dan sustainabilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi  pendidikan, yang dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses pendidikan.

Perkembangan TIK atau multimedia di Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga sepertI Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat beberapa masalah dan kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan profesional pendidikan untuk memanfaatkan TIK di berbagai jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Permasalahan tersebut terutama berkaitan dengan kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai upaya yang telah dan akan dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat dalam rangka pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat urgen dan mutlak dilakukan secara terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan. Dalam makalah ini khususnya akan dibahas bagaimana kebijakan dan standarisasi mutu penyelenggaraan pendididkan berbasis TIK. Apa standarisasi mutu yang disyaratkan untuk penyelengganan pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien serta akuntabel.
2. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi
Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating  information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and  video conferencing”.
Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:
  • piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
  • mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
  • perangkat proyektor / LCD
  • LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
    • Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
  • mesin komputer dan robot
Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur.
UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :
1) Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)
2) Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)
3) Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).
4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.
Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”.
PTJJ merupakan alternatif model dalam  proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.
3. Kebijakan Pemanfaatan TIK Pendidikan
3.1. Tantangan Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:
  • Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).
  • Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.
  • Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
  • Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))
  • Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah (Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan tingkat partisipasi  12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.
  • BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).
  • Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara  yang ada hanya sebesar 113.622 orang  atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.  (PMPTK 2006).
  • Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari  2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang (27%)  memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat sertifikasi.
  • Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).
  • Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal.
3.2. Peran Strategis TIK untuk Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh  bahwa “(1) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang berarti dalam dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang dimulai dengan generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh (telekonferensi/TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia interaktif) dan generasi kelima e-Learning (web based course), akhirnya generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/www).
Seperti tercantum secara eksplisit dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009, terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga pilar kebijakan pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses; (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak.
Dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik,  peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi manajemen secara terintegrasi.
3.3. Infrastruktur Jaringan dan Konten TIK Depdiknas
Depdiknas telah memiliki infrastruktur backbone teknologi informasi dan komunikasi yang cukup besar dan siap untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya baik untuk kebutuhan pendidikan, penelitian, maupun adminisitrasi.
Jardiknas dikategorikan kedalam tiga zona, yaitu:
  • Zona Personal/Komunitas; yang diperuntukkan sebagai akses personal bagi  guru, dosen, dan siswa.
  • Zona Perguruan Tinggi; yang diperuntukkan bagi seluruh Perguruan Tinggi dan Kopertis; dan
  • Zona Kantor Dinas/UPT/Sekolah; diperuntukkan bagi sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Unit-unit Kerja Depdiknas.
Infrastruktur ini akan diisi oleh konten yang dikelompokkan dalam dua ketegori yaitu:
  • Kontent e-learning; konten e-learning dapat meliputi konten yang dikembangkan oleh Pustekkom, Ditdikdasmen, Ditjen Dikti, Setjen, atau unit-unit lain.
  • Konten e-administration; e-content administration meliputi online transaction proccessing (OLTP), data center warehouse (DCW) dan online analysis processing (OLAP)
4. Pembelajaran Berbasis TIK (e_Learning)
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Pembelajaran berbasis TIK atau e-Learning adalah sumber pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti Internet, Intranet, CDROM, video tape, DVD, TV, Handphone, dan PDA
Pola-pola seperti di atas semua berbeda satu dengan yang lain. E-learning lebih luas dibandingkan dengan online learning. Online learning hanya menggunakan Internet/intranet/LAN/WAN tidak termasuk menggunakan CD ROM.
Dalam pembelajaran berbasis TIK terdapat perbedaan komunikasi antara pembelajaran langsung (syncronous) dan tidak langsung (ansyncronous), dengan sebuah terminologi untuk mendeskripsikan bagaimana dan kapan pembelajaran berlangsung.
4.1. Pembelajaran Langsung (Syncronous Learning)
Dalam pembelajaran langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dalam waktu yang sama (real time) walaupun pendidik dan para peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh yaitu:
1. Mendengarkan siaran Radio.
2. Menonton siaran Televisi
3. Konferensi audio/video.
4. Telepon Internet.
5. Chatting
6. Siaran langsung Satelite dua arah.
4.2. Pembelajaran Tidak Langsung (Ansyncronous Learning)
Dalam pembelajaran tidak langsung, proses belajar dan mengajar berlangsung dengan adanya delay waktu (waktu yang berbeda) dan pendidik dan peserta didik secara fisik berada pada tempat yang berbeda. Sebagai contoh yaitu:
1. Belajar sendiri menggunakan internet atau CD-Rom.
2. Kelas belajar menggunakan video tape.
3. Presentasi web atau seminar menggunakan audio/video.
4. Rekaman suara.
5. Mentoring tanya jawab.
6. Membaca pesan e-mail.
7. Mengakses content online
8. Forum diskusi
Karakteristik dari pembelajaran tidak langsung (ansyncronous) adalah pendidk harus mempersiapkan terlebih dahulu materi belajar sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Peserta didik bebas menentukan kapan akan mempelajari materi belajar tersebut.
Contoh TIK yang digunakan dalam komunikasi pembelajaran secara syncronous dan asyncronous sebagai berikut:
Asyncronous Learning Syncronous Learning
Fax Telephone
E-Mail Screen Sharing
Knowledge Base Chat
Newsgroups Web conferences
Computer Based Training Online Seminar
Quick Reference Guide Compressed video classes
Sedangkan karakteristik e-learning dapat dikemukakan sebagai berikut:
Karakteristik Penjelasan
Non-linearity Pemakai (user) bebas untuk mengakses (browse) tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai.
Self Managing Pemakai dapat mengelola sendiri prosespembelajaran dengan mengikuti struktur yangtelah dibuat.
Feedback-Interactivity Pembelajaran dapat dilakukan dengan interaktifdan disediakan feedback pada prosespembelajaran.
5. Standarisasi Pendidikan Berbasis TIK dari SEAMOLEC
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pasal 35, menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standarisasi pendidikan mutlak diperlukan untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan. Pada dasarnya SNP merupakan persyaratan minimum yang ditetapkan UU, namun secara teknis diperlukan perumusan standar mutu dalam sistem pendidikan seperti Sistem Manajemen Mutu – ISO 9001:2008 / IWA 2.
McGee, Carmean dan Jafari (2005) menyatakan pentingnya standard dan spesifikasi dalam pendidikan berbasis TIK, karena memungkinkan terjadinya pembelajaran sebagai berikut: 1) Interoperability, sistem berinteraksi dengan sistem lain dalam organisasi, 2) Reusability, sumber / objek belajar mudah digunakan dalam kurikulum, latat, profil peserta didik yang berbeda, 3) Manageability, sistem telusur informasi tentang peserta didik dan konten, 4) Accessibility, semua peserta didik memiliki kemudahan menerima konten setiap saat, dan 5) Sustainability, teknologi terus berkembang sesuai standar untuk menghindari keusangan.
  1. Simpulan dan Saran
Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis TIK dapat dilakukan melalui model hybrid (dual system) yang mengkombinasikan pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on line). Sedangkan pembelajaran berbasis TIK dapat dilaksanakan secara lansung (syncronous learning) dan tidak langsung (asyncronous Learning). Hal ini tergantung dengan kondisi teknologi dan jaringan yang tersedia. Standarisasi dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat penting untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan.
Beberapa saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK sebagai berikut.
  1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan baik di sekolah atau perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis TIK hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi.
  2. Perencanaan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
  3. Penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui  pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
  4. Standarisasi mutu penyelenggaran pendidikan berbasis TIK perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi konten untuk menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis TIK.

26 Responses to “Pemanfaatan ICT dalam Pendidikan”

  1. ismulyana djan April 30, 2010 at 8:44 am
    Comment:
    Pemamfaatan ICT dalam Pendidikan: Kebijakan dan Standarisasi mutu (Dr. Adie e Yusuf, MA)
    Having read it, I agree with your statement, Sir !!
    Kenyataan dilapangan masih ditemukan upaya-upaya meng- eleminir
    peranan TIK pada dunia pendidikan, dengan berbagai macam alasan
    dan latar belakangnya, padahal semakin menghindar maka akan
    semakin jauh kita tertinggal(karena begitu pesatnya perkembangan
    teknologi saat ini).
    Kunci utama suksesnya peranan TIK dalam pendidikan di Indonesia,
    jika saya analog-kan adalah e-learning, maka selain faktor
    hardware dan software juga peranan perencanaan infrastruktur
    yang betul-betul handal, mengingat letak geografis dan
    demografis yang tidak merata malah jauh dari pemerataan, namun
    hal ini jangan menjadi kendala yang terus-menerus dibesar-
    besarkan. Dan Berikutnya adalah Policy, (political Power
    /political will) ada nggak ? keinginan dari pengambil kebijakan
    untuk men-sukseskan program TIK dalam pendidikan kita, atau
    hanya merupakan simbol-simbol pemanis saja, (beberapa waktu
    lampau Mendiknas RI pada saat itu Bambang Sudibyo: mengeluarkan
    maklumat yang sedikit memaksa agar sekolah-sekolah tidak boleh
    menjual buku dan disiapkan oleh pemerintah secara gratis,
    e-books namanya, sampai saat ini memang masih ada. But… political will/political power not support it.
    Ada 4 pertanyaan yang diajukan oleh Boettcher and Kumar (2000):
    guna mendukung suksesnya perencanaan infrastrukutr e-learning;
    1. Teknologi dan kemampuan teknis apa yang diperlukan untuk mendukung e-learning?
    2. Keterampilan penting apa yang dibutuhkan oleh pengguna e-learning, instruktur, dan staf pendukung untuk selalu sukses dalam perubahan lingkungan pembelajaran secara digital ?.
    3. Standar dan pedoman apa yang harus dikuasai ?.
    4. Kebijakan apa yang harus dijalankan untuk suksesnya infrastruktur e-learning?
    Demikian, mohon maaf jika comment ini begitu lancang,
    Semoga sukses selalu untuk Pak Adie.
    Nuhun
    ISMULYANA DJAN – MHS S-3 Unpak
  2. lulus tri wahyuni May 19, 2010 at 6:03 am
    I absolutely agree with your previous statement,
    all of us have known that nowdays the role of ICT in organisation or institution is very important.. Banya aktifitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi.Tak hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan di mana-mana, seperti di kantor, di pasar swalayan, di bandara, perbankan dan bahkan di rumah ketika pemakai bercengkrama dengan dunia internet. Entah disadari atau tidak, sistem informasi telah banyak membantu manusia.
    Keberadaan sistem informasi pada dunia pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi lembaga / satuan pendidikan tetapi juga bagi para siswa dan masyarakat. contoh berkat sistem informasi para siswa dan orang tua bisa mendapatkan informasi tentang program-program sekolah, nilai siswa, keuangan, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler juga dapat mendaftar sebagai siswa baru pada saat penerimaan siswa baru(PSB) secara on line. Namun manfaat besar keberadaan ICT pada dunia pendidikan belum menyeluruh karena banyak faktor penyebabnya, diantaranya sarana prasarana pendukung ICT, sumber daya manusia pendidikan yang berkompeten di bidanag ICT juga sistem dan aturan yang relevan.
  3. Ratna Dewi June 22, 2010 at 12:25 am
    Dengan membaca blog yang bapak buat, saya sebagai praktisi pendidikan mendapatkan pemahaman dan informasi baru tentang metode pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi.
    Namun demikian, untuk pemanfaatan ICT dalam pendidikan di Indonesia masih terdapat kendala antara lain disebabkan dengan terjadinya disparitas/keragaman mutu pendidikan yang berkaitan:
    a. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum
    memadai secara kuantitas, kualitas dan kesejahteraannys.
    b. Sarana prasarana belajar yang belum memadai
    c. Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu
    pendidikan
    d. Kesenjangan antara penduduk
    oleh karena itu, pemanfaatan ICT dalam pendidikan di Indonesia pada saat ini belum optimal karena masih terdapat disparitas, selama keragaman tersebut masih terjadi hanya lembaga pendidikan/sekolah/perguruan tinggi tertentu yang dapat memanfaatkan ICT dalam pembelajaran.
    Mohon maaf apabila komentar ini kurang tepat sukses selalu untuk Bapak.
    Ratna Dewi, (Mahasiswa Pascasarjana S-3) UNPAK
  4. anita barkah September 29, 2010 at 7:46 am
    Assalamualikum WrWb
    Yth. Bpk. Adie
    Allhamdulillah pak akhirnya saya sekarang sudah punya blog sendiri , ini semua atas saran dari bapak sewaktu memberikan materi matrikulasi di Unpak tgl. 25 September yang lalu, mudah-mudahan sebagai seorang guru SD saya mampu memanfaatkan media ini sebagai sarana dalam meningkatkan kompetensi saya. selanjutnya saya mohon petunjuk dari bapak sebagai pemula saya mohon diberi petunjuk hal apa saja yang dapat saya simpan di blog, terima kasih
    Anita Barkah
    Mahasiswa S2 Unpak
  5. jamaluddin October 2, 2010 at 2:03 pm
    trimakasi telah membuat saya jadi tahu dan semakin cerdas disaat telah membaca bagaimana penggunaan ITC. semoga kedepan saya semakin bergairah demi perkembangan pendidikan kedepan.
  6. sopan guniadi October 4, 2010 at 1:51 am
    Assalamualaikum Wr.wb
    Bp. adie yang terhormat,
    saya adalah salah satu guru pamong SMA terbuka dengan sekolah induk di SMA Negeri 1 Leuwiliang , yaitu sma terbuka yang di rintis oleh pustekom, apa yang bapak tulis tentang pemanfaatan ICT dalam pendidikan terutama untuk pembelajaran jarak jauh memang sangat berguna dan pernah saya gunakan.tetapi kenapa program yang sangat bagus dari pustekom tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat sehingga program tersebut tidak berjalan dengan baik, padahal ketika saya bertemu dengan guru-guru pamong di luar jawa mereka sangat terbantu dengan adanya SMA terbuka yang memakai cara pembelajaran jarak jauh,mungkin itu curhat saja pak mudah-mudahan bapak bisa mengusulkan kembali ke pemerintah pusat atau tetap dikelola oleh pustekom dengan bantuan dari pemerintah pusat.terima kasih pak.
    sopan guniadi
    MP Unpak 2010
  7. galihtresnandika October 4, 2010 at 6:20 am
    saya sangat setuju bahwa teknologi informasi memang seharusnya sudah menjadi pemikiran Bangsa Indonesia, sebab wawasan dapat berkembang cepat dengan pemanfaatan media-media yang tersedia secara maksimal. namun pada kenyataannya, sistem informasi yang berkembang tidak diimbangi oleh pengembangan pola pikir individu. seseorang akan merasa “ah saya sudah tua” atau “ah saya tidak bisa” keinginan untuk terus belajar hingga akhir hayat, kurang melekat. untuk media-media yang sifatnya simple penggunaannya (tidak memerlukan cara-cara yang banyak), contohnya televisi, radio, koran, mungkin dapat berkembang. namun untuk internet, atau mungkin handphone (yang memerlukan pengetahuan lebih untuk memanfaatkan media tersebut secara maksimal), akan mengalami kesulitan untuk berkembang sebelum pola pikir pembelajar dikuasai oleh individu pengguna media tersebut.
    jadi, hal yang menurut saya harus dikembangkan terlebih dahulu bukan sarananya tetapi pola pikir pembelajar bagi individu-individu pengguna multimedia tersebut.
  8. fajar syah alam October 5, 2010 at 2:39 pm
    Dengan membaca tulisan bapak akan semakin jelas pentingnya kegunaan TIK dalam pengembangan pendidikan di indonesia. Namun perkembangan penggunaan TIK ini masih banyak masalah yang dihadapi oleh seorang pendidik khususnya guru disebabkan :
    1. masih minimnya kompetensi guru dalam menggunakan komputer
    2. masih kecilnya daya beli guru terhadap PC/notebook
    3. Masih terbatasnya jaringan komunikasi terutama di daerah terpencil
    4. belum adanya dukungan seutuhnya dari seorang pimpinan di sekolah
  9. junaidi /npm.072110015 October 6, 2010 at 8:37 am
    Saya tertarik sekali dengan apa yang bapak adie bahas dlm penggunaan ICT bagi dunia pendidikan. Saya sangat setuju sekali bahwa semua sekolah dan perguruan tinggi sudah seharusnya menggunakan IT didalam pengajarannya. ICT sebenarnya adalah sebagai sarana pembelajar siswa, guru, dan juga dosen, dimana pada zaman yang telah menggunakan kekuatan daipada ICT ini, guru dan dosen bukanlah satu satunya yang dapt dijadikan sebagai sumber dari ilmu Pengetahuan. Para siswa dan mahasiswa sekarang dapat menjelazah dunia yang tanpa batas dab ruang waktu untuk mendapatkan sumber sumber lain dari Ilmu pengetahuan dan sains. Tetapi teori yang ada tidaklah semanis praktek lapangannya yang maa banyak sekali kedala, hambatan hambatan untuk dapat menjalankan penggunaan ICT diseluruh sekolah, perguruan tinggi di Indonesia. Faktor geografis dan demografis , ditambah dengan banyaknya sekolah swasta yang berdiri, serta infrastruktur sekolah/PT yang blm memadai, semua ini memerlukan anggaran yang tidak sedikit, dan apabila Pemerintah yang harus memikulnya sendiri dengan hanya 20% anggaran untuk pendidikan yang disishkan dari APBN, ini masih sangat jauh dari mencukupi. Saya tidak terlalu setuju dengan pendapat pak adie yang mengatakan bahwa sekolah masih kurang, yang pada kenyataannya sekolah khususnya dipulau jawa sangaylah menjamur, bahkan ada sekolah yang tidak mendapatkan siswa. Menurut pendapat saya bukan sekolahnya yang kurang, tetapi manajemen sekolah yang harus dibenahi serta prioritas untuk mereka mereka yang tidak mampu harus lebih di akomodir. Sekian terima kasih..
    From : Junaidi pasca S2
  10. amat aswandi October 6, 2010 at 1:55 pm
    alhamdulillah yang bapak tulis ternyata se-ide/sepemahaman dengan saya, sejak disekolah kami memiliki sebuah (hanya satu) proyektor dan diilhami betapa enaknya orang menyampaikan presentasi menggunakan proyektor, saya termasuk yang segera memanfaatkan perangkat ICT tersebut dalam pembelajaran, dan sungguh terasa efktif dan efisiennya menggunakan ICT tersebut, sehingga kalo ngajar tanpa alat tersebut terasa menjadi repot (sekarang sekolah kami sudah memiliki 7 buah proyektor).
    berdasar pengalaman tersebut, saya juga mencoba melakukan peneltian dalam bentuk PTK (class action research) dengan judul “MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DI KELAS XII IPA-1 SMAN 1 MEGAMENDUNG” di luar dugaan ternyata respon siswa sangatluar biasa.
    selain itu, saya sudah beberapa tahun juga membuat blog yaitu “amataswandi.blogspot.com”, cuma yang jadi masalah gimana ya pak cara memeliharanya, karena saya kurang terampil untuk membuat karya tulis yang indah, panjang, enak dibaca. adanya buntu melulu setiap mau menulis. terima kasih sarannya.
    Sukses untuk Pak Adie E ………… wasalamu’alaikum
  11. ridwan October 7, 2010 at 3:30 am
    Assalamu’alaikum wr. wb.
    Bapak adie yang terhormat
    mengenai Pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat setuju, memang sudah sangat dibutuhkan terutama di bidang manajemen pendidikan, akan tetapi untuk proses KBM menurut saya tidak mutlak seluruhnya menggunakan TIK karena akan berdampak pada masalah pengembangan proses sosialisasi dan interaksi anak2.
    kemudian budaya dan paradigma para pemegang kebijakan disekolah merupakan tantangan yang paling berat yang harus dirubah. karena program yang sudah lama dicanangkan sampai sekarang belum terlaksana juga, untuk itu harus diciptakan para pemegang kebijakan disekolah yang paradigmanya mendudkung pelaksnaan TIK di sekolah
    Ridwan
    MP. 2010/2011
  12. erbypratama October 7, 2010 at 3:00 pm
    yang terhormat pak adie, ketika kita berbicara tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang dengan cukup pesat di era sekarang ini, sebagai tenaga pendidik yang cakupan sehari-hari bekerja di dunia pendidikan, kita sangat perlu sekali menambah pengetahuan kita mengenai IPTEK ini dalam hal implementasi terhadap dunia kerja sebagai pendidik. Penerapan TIK di sekolah menurut saya sangat penting sekali. Selain untuk menunjang terlaksananya administrasi yang baik, TIK juga merupakan suatu sarana yang bisa diterapkan pada kegiatan belajar mengajar. Penggunaan TIK juga bisa memotivasi siswa unntuk lebih semangat belajar dikarenakan TIK sebagai suatu media yang bisa memancing perhatian siswa. Tetapi, permasalahannya tidak semua sekolah mempunya sarana untuk menunjang penggunaan TIK. Terutama sekolah – sekolah yang terletak di pelosok-pelosok daerah yang mungkin kurang mendapat sorotan baik dari pemerintah daerah maupun pusat. Sorotan yang saya maksud adalah tentang pemerataan, baik itu bersifat informasi maupun tunjangan – tunjangan, terutama tunjangan sarana dan prasarana yang memadai. Terimakasih pak.
    Erby Pratama Putra / A1.1 (072110010)
    MP
  13. Kelas A.I.3 October 9, 2010 at 5:30 pm
    Perkenalkan Pak, Kami Mahasiswa baru Pasca Pakuan ..
    mohon izin untuk mencopy makalah/artikel bapak, blog kami.
    Saya pribadi terkesan dengan pertemuan pertama ketika matrikulasi dan apa yang ada di blog ini sangat menambah wawasan, khusus bagi kami sebagai mahasiswa. terima kasih sebelumnya
  14. Mukhammad Ridwan October 11, 2010 at 8:01 am
    Ass.Wr.Wb
    Yang terhormat Bpk Adiee
    Setelah saya membaca tulisan bapak, secara garis besar ada beberapa hal yang memang harusnya menjadi pemikiran kita bersama.Bahwa saat ini TIK memang sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar dalam dunia pendidikan. Secara ideal TIK sebagai media pembelajaran harusnya mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi saat ini perkembangannya belum begitu berimbang secara kuantitas pemakaiaannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menjadi kendala dalam aplikasi dilapangan, mulai dari daya beli sekolah yang mampu mengadakan TIK,sebagai sarana pembelajaran, pengajar yang terampil tidak tersedia atau bahkan ketidak perdulian pimpinan sekolah akan hal ini. Tetapi itu semua tidak akan berarti bila kita selaku praktisi pendidikan berkomitmen dan mempunyai keinginan untuk maju.
  15. katrin kaniawati October 16, 2010 at 12:08 pm
    asalamualaikum,,
    saya sehari-hari bekerja sebagai guru SD,tepatnya di SDN KIARAPANDAK 01 kecamatan Sukajaya bogor,,tempat saya bekerja merupakan salah satu desa terpencil di Bogor.saya tertarik dengan isi tulisan yang bapak buat,bahwa teknologi merupakan sarana informasi yang paling cepat diterima oleh masyarakat,dalam hal ini tentunya peserta didik.akan tetapi kenyataan dilapangan,jangankan memanfaatkan TIK sebagai sumber belajar bagi siswa,gurunya sendiripun “MASIH” belum paham dengan TIK itu sendiri.terlebih lagi di SD,khususnya daerah tempat saya bertugas fasilitas seperti itu belum ada,kami memiliki komputer hanya untuk mengerjakan laporan dan administrasi sekolah saja.saya sebagai pendidikpun sangat jauh ketinggalan dibandingkan teman-teman satu profesi di tempat lain(dalam hal ini daerah perkotaan),jadi bagaimana pendidikan itu bisa merata dan menjangkau semua daerah jika sarana yang digunakannyapun tidak mendapat perhatian dari pihak pemerintah.
    saya berharap,dengan segala keterbatasan yang kami miliki saat ini tidak menjadi penghalang bagi kami (sebagai pengajar) untuk mendidik “anak-anak” kami menjadi lebih maju dan sejajar dengan yang lainnya.terimakasih untuk blog nya
  16. Dr Cand Kun Nurachadijat MBA March 27, 2011 at 6:06 am
    Saya pikir, program Wide Area Network(WAN) Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 pada akhirnya dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja, sedangkan pengamatan saya pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut.
    Pengembangan SDM sekaligus institusi yang mewadahinya mutlak diperlukan. juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi Wide Area Network (WAN) tingkat Kota, sehingga seharusnya kini mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.
    Maka Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota hrus digalakkan secara dramatis.
  17. SUMIRTA ADHI March 31, 2011 at 12:23 pm
    SUMIRTA ADHI
    Mahasiswa Pascasarjana S.3 UNPAK 2010
    Information and Communication Technology (ICT) dengan dunia pendidikan bukanlah bidang yang saling berseberangan sebagaimana bidang-bidang lain dengan ICT. ICT laksana sebuah tools yang kehadirannya menambah kesempurnaan proses pendidikan.
    Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanaya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru, dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan ICT yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
  18. agus indro w. March 31, 2011 at 1:59 pm
    Ass.Wr.Wb.
    Yth.Bpk. Dr.Adie E.Yusuf,MA.
    Dunia internet telah mendorong perombakan total konsep klasik tentang pendidikan yang selama ini berlaku, sedikit demi sedikit mulai berubah. Teknologi informasi dengan mudah telah menghilangkaan batasan ruang dan waktu yang selama ini membantasi dunia pendidikan. Seperti diungkapkan oleh John Chambers, seorang pakar teknologi dari Cisco System, Amerika: The next big killer application for the internet is going to be education”. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi dari hal tersebut adalah;
    1.Mahasiswa dapat dengan mudah mengakses mata kuliah apa saja di seluruh penjuru dunia tanpa batasan institusi dan Negara;
    2.Mahasiswa dpat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminati;
    3.Kuliah dapat dengan mudah diakses dari penjuru dunia tanpa bergantung di mana lokasi universitas tersebut.
    Arti dari semua ini adalah konsep pembelajaran atau perkuliahan tidak harus berjalan secara rigid “ Full Paper” . Saya tertarik dengan konsep perkuliahan yang bapak sampaikan, yaitu perkuliahan dengan sistem Paperless . Dari apa yang telah saya baca dari tulisan bapak di blog, bagaimana kalau bapak menyediakan fasilitas atau media tanya jawab ( FAQ,Frequently asked questions). Terima kasih Pak Adie tulisan Bapak tentang peemanfaatan ICT dqalam pendidikan begitu inspiratif dan memberikan banyak pemahaman.Wassalam.
    Agus Indro W.
    MP.2011
  19. Agus M. Solihin/073110001 April 1, 2011 at 2:38 am
    Pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan memang mutlak dibutuhkan, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pemerintah terkait dengan optimalisasi pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan, antara lain:
    (1)Contents; banyak fasilitas website dari Lembaga Pemerintah di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan menyediakan informasi beragam namun hanya sekedar berita saja, kurang memberikan inspirasi bagi para pembacanya untuk melakukan sesuatu dalam upaya meningkatkan kemampuan diri, ataupun kemampuan anak didiknya, khusus untuk para pendidik. Hal ini terkait dengan tujuan dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 pada pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Dan pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Kalaupun tersedia, informasi tersebut diperoleh di website pribadi ataupun organisasi non pemerintah, yang secara legalitas atau konten akademik kurang dapat dipertanggung jawabkan. Seperti pada informasi Ujian Nasional, yang ditampilkan hanya sekedar wilayah dengan tingkat kelulusan, nilai rata-rata, dan seterusnya. Belum menyinggung masalah “contents”, terkait dengan materi apa yang dinilai susah oleh peserta didik, kemudian metode apa yang harus digunakan oleh pendidik sehingga peserta didik memahami materi tersebut, dan permasalahan lainnya.
    (2)Consistency; salah satu manfaat ICT adalah mudahnya orang mengakses dan mencari informasi, namun apabila informasi yang tersedia tidak “up to date”, akan terasa kurang bermakna dan berdampak pada keengganan seseorang untuk mencari informasi di dunia maya. Hal ini terjadi, dikarenakan belum konsistennya organisasi pemerintah untuk mengelola website, tidak hanya terkait dengan masalah dana, namun juga masalah kurangnya SDM yang handal, dan yang benar-benar focus secara konsisten melakukan updating data dan informasi.
    (3)Classification; merujuk kepada tahapan menurut UNESCO dalam system pendidikan, maka perlu diidentifikasi dan diklasifikasikan kondisi perguruan tinggi/sekolah berdasarkan tahapan: (1) emerging; (2) applying; (3) infusing; dan (4) transforming. Hal ini untuk mempermudah perencanaan program ke depan, yang dilakukan berbasis data, dan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Sehingga terjadi efisiensi dan efektivitas pengoptimalan pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan.
    (AGUS MOHAMAD SOLIHIN/NPM.073110001/PPS S3 UNPAK)
  20. mastur Thoyib April 1, 2011 at 6:24 am
    Tanggapan terhadap makalah Pak Adie Yusuf :
    PEMANFAATAN ICT DALAM PENDIDIKAN : KEBIJAKAN DAN STANDARISASI MUTU
    Oleh : Mastur Thoyib, Drs., M.M., M.Pd.
    ( Mahasiswa Program S-3 Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan Bogor)
    Renungan 1 :
    Allah berfirman :
    “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi ) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan sulthon (kekuatan)”
    ( Q.S. Ar Rahman [55] : 33 )
    Renungan 2 :
    Mari kita renungkan sepotong syair Ibnu Zaidun ,
    “Jadilah keadaan saling menjauh itu
    suatu pengganti
    dari saling mendekat
    di antara kita
    Dan digantikanlah
    berbagai pertemuan kita
    dengan keadaan saling menjauh
    di antara kita “
    ( Awadi Manshur, 1993 : 23 )
    Renungan 3
    John Daniel menengarai bahwa,
    -1-
    “Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
    dalam waktu yang sangat singkat
    telah menjadi salah satu fondasi bangunan bagi masyarakat modern.
    Sebagian Negara saat ini menganggap pemahaman tentang ICT
    dan penguasaan keahlian-keahlian dasar dan konsep-konsep ICT
    sebagai bagian dari jantung pendidikan,
    bersama dengan membaca, menulis dan berhitung.
    ( Unesco , 2009: v)
    Setelah membaca dan merenungkan tulisan Pak Adie Yusuf, tergerak hati saya untuk memberikan tanggapan dalam rangka kepedulian dan tugas akademik sebagai berikut :
    1.Apa itu Sulthon ?
    Pasca perjalanan Isra’mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW., masyarakat Arab terpecah menjadi tiga golongan, yaitu : Mu’min ( Percaya bahwa Nabi telah melakukan Isra’ mi’raj); Kafir ( mereka yang mengingkari); dan Munafiq (mereka yang tak berpendirian, tetapi memancing di air keruh ). Bagi mereka yang beriman, mudah saja mempercaya peristiwa itu. Pertama, karena Muhammad adalah Nabi yang memiliki mukjizat. Kedua dengan mu’jizat itu Allah dengan Kuasa-Nya memberikan “sulthon”, sebagai mana diungkapkan dalam surat ar Rahman, ayat 55 (renungan 1 ). Tetapi bagi mereka yang kafir ( dan munafik) tetap saja matanya buta, telinganya pekak, dan hatinya tertutup terhadap kebenaran.
    Itu peristiwa lebih dari empat belas abad yang lalu. Tetapi nampaknya, peristiwa jahilah (kebodohan) yang sama dipertontonkan oleh si PONA.. Si PONA ( Person of No Account ), ialah seseorang yang tidak memiliki akses ke cyberspace, seseorang yang tidak pernah online. Istilah ini merupakan istilah yang banyak berkembang di dunia cyberspace dan kata-kata ini digunakan untuk menyebut – atau mengejek- seseorang yang sama sekali buta terhadap teknologi internet.( Aep Kusnawan, 2004: 121-122)
    Hari gini masih jadi si PONA, apa kata dunia !
    -2-
    2. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah ibarat pisau bermata dua.
    Meluasnya akses terhadap fasilitas komunikasi masa dan alat informasi, termasuk internet dalam beberapa dekade terakhir ini telah menciptakan transformasi yang besar dalam interaksi sesama manusia. Ibarat pisau bermata dua – teknologi apapapun – termasuk teknologi informasi dan komunikasi – membawa dampak positif maupun negatif.
    Pertama , dampak positif yang dapat dipetik atau dinikmati , antara lain (a) e-mail (correspondence, surat elektronik) , yang memudahkan seseorang mengirim pesan secara cepat, (b) Chat (chatting ,berbincang), yang memungkinkan berkemunikasi dengan orang lain di belahan dunia manapun, (c) Take / send information (download/ upload), seseorang dapat mengakses informasi apapun, (d) Using technology “teleconference” , yang memmungkinkan banyak orang berkomunikasi interktif dengan sesamanya, (e) Gatting the entertainment (hiburan ) , memnungkinkan orang mendapatkan hiburan yang murah dari berbagai tayangan, (f) software, memungkinkan seseorang menyimpan atau mendistribusikan , serta menggunakan data/ informasi secara mudah dan cepat. (Endang Kurniawan, 2011 dari berbagai sumber )
    Kedua, dampak negative, antara lain : (a) Pornography. Walaupun berbagai produk “browser” melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home page yang dapat diakses, tetap saja pornografi dapat menerobos, (b) Violence and Gore (kekejaman dan kesadisan), (c) Fraud, penipuan, (d) Carding , yaitu aktivitas pembelian barang di internet dengan menggunakan kartu bajakan, (e) Gambling,Perjudian.
    Selain itupun , ada beberapa dampak negative lainnya yang dilihat secara konseptual : (a) information anxiety (informasi terlalu banyak, sehingga sulit memilih mana yang benar atau salah., (b) dehumanization , hilang atau turunnya penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan, (c) health issues, keadaan stress yang ditimbulkan oleh penggunaan peralatan dan aplikasi berbasis TIK, (d) lost of privacy, identitas digital membuat keberadaan kita selalu terdeksi, (e) cookies, banyaknya informasi yang ditampilkan
    -3-
    diinternet yang membuka peluang penyalahgunaan oleh pihak yang tidak berwenang,
    (f) digital gap, kesenjangan yang terjadi antara komunitas yang menguasai TIK dan yang tidak, (g) possible massive unemployment, berdampak pengangguran besar-besaran., (h) impact of globalization on culture, hilangnya kultur local digantikan culture global.( Endang Kurniawan, 2011 dari berbagai sumber )
    3. TIK bukan segalanya
    Ada yang berpandangan bahwa bahwa isssu pendidikan tidak dapat diatasi tanpa bantuan pendidikan . Tetapi pandangan lain mengatakan bahwa isssu pendidikan akan dapat diatasi tanpa bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), walau lamban.
    Bagaimana mungkin dikatakan demikian, kata yang berpandangan kedua ini- sedangkan isu-isu pendidikan yang dimaksud telah muncul sebelum digunakannya ICT.
    Demikian juga bila dikatakan bahwa pemanfaatan TIK bersifat mutlak, sejatinya tidak demikian. Karena dengan memutlakkkan TIK, artinya sama dengan menegasikan praktek pendidikan di masa lalu.
    Poin satu dan dua menunjukkkan bahwa TIK bukan sekali-kali tujuan itu sendiri, melainkan alat. Bila TIK merupakan alat, maka tidaklah bersifat imperatif (keharusan, mutlak) , melainkan alternatif (ada banyak pilihan)
    4.Dengan TIK, peserta didik mendapat kesempatan belajar “kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja”, bahkan “belajar apa”, akan memicu suatu kontroversi, karena :
    Pertama, bagi orang dewasa tidaklah merupakan masalah, karena mereka telah memiliki kematangan dalam berfikir, merasa dan bertindak. Tetapi bagi peserta didik yang masih belum dewasa, akan potensial menimbulkan kerawanan.
    -4-
    Kedua, istilah “kapan saja”, memang merupakan keleluasaan peserta didik untuk dapat memilih waktu. Tetapi kesadaran mengelola waktu, tidaklah bersifat given. Oleh karena itu perlu ada sosialisasi atau pembiasaan melalui pendidikan anak usia dini.
    Ketiga, istilah “di mana saja” , juga merupakan keluluasaan peserta didik untuk memilih tempat yang disukai atau diminati. Ternyata bila kita mengacu pada “wajar 9 tahun”, ada pembatasan bagi peserta didik tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama , selanjutnya di sebut Pendidikan Dasar, yaitu menyangkut lembaganya, yang disebut lembaga pendidikan Formal atau yang setara, seperti paket A dan B atau Home Scooling.
    Wajar 9 tahun –pun sesungguhnya istilah yang tidak pas untuk pengertian wajib mengikuti pendidikan sembilan tahun. Karena “sivil efek” berupa ijazah, masih merupakan persyaratan bagi lulusanya. Jadi istilah yang tepat adalah “Wajib Sekolah sembilan tahun” atau “Wajib mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan luar sekolah / paket A dan B, selama sembilan tahun”.
    Keempat, istilah “siapa saja” mungkin saja untuk pendidikan yang bersifat kognitif. Tetapi bagaimana dengan yang bersifat nilai dan sikap, di mana subyek (pendidik maupun peserta didik) sangat menentukan. Misalnya untuk pendidikan agama Islam, mempersyaratkan bahwa pendidik dan peserta didik haruslah beragama Islam pula.(UU SPN nomor 20 tahun 2003 )
    Kelima, perlu ditambahkan pula istilah “apa yang diajarkan”. Sudah dimaklumi bersama, bahwa “tidak semua dapat ditranferkan semua”
    4. Mengenai Tantagan Pendidikan Nasional
    Tantangan Pendidikan Nasional kita, di samping apa yang telah dikemukakan oleh penulis, juga ada tantangan lain yang sifatnya laten. Misalnya maraknya hal- hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang bersifat ilahiyah.
    -5-
    Pertama, kita belum memprioritaskan pendidikan yang berorientasi keselamatan dan kebaikan.
    Keselamatan akan dicapai apabila kita melaksanakan kehendak Ilahi, yaitu dengan menjalankan yang diperintahkan serta sekaligus menjauhi yang dilarang. Sementara kebaikan hanya ada, apabila syarat di atas (taqwa) telah dipenuhi, dan itu akan mengarah pada dua pencapaian (dunia dan akherat).
    Kedua, ilmu dan teknologi, tidaklah akan memiliki arti apapun, tanpa adanya nilai ilahiyah. Di sinilah pentingnya menyadarai bahwa tak ada ilmu dan teknologi yang netral atau bebas nilai.Satu contoh klasik adalah semir sepatu. Walaupun semir itu diberi nama “netral”, tetap saja warna semir itu tidak netral.
    Ketiga, karena ilmu dan teknologi apapun bersifat tidak bebas nilai, maka kita harus mengantisipasi setiap produk dari ilmu dan teknologi. Dengan demikian kita harus memilah dan memilih, mana ilmu dan dan teknologi yang sejalan dengan nilai ilahiyah yang kita anut, serta mana yang tidak sejalan.
    5. Pendidikan Jarak Jauh
    Dari satu sisi pendidikan jarak jauh (atau apapun namanya) adalah baik karena alasan-alasan yang telah dikemukan penulis . Tetapi dari segi yang lain, ada beberapa hal yang harus dikritisi, antara lain :
    Pertama, adalah kelemahan interaksi yang mekanistik, sehingga bersifat tidak manusiawi;
    Kedua, adalah kemahan dalam proses belajar mengajar yang hanya bersifat kognitif dan ketidak mampuan PTJJ melakukan transformasi nilai-nilai dan sikap.
    Ketiga, adalah kelemahan proses evaluasi yang hanya mampu mengungkap ranah kognitif saja, itupun diragukan akurasinya, apabila dilakukan “melulu” melalui soal-jawab yang bersifat “on line”. Bagaimana mengetahui siapa yang menyoal dan siapa yang menjawab.
    -6-
    6. Pentingnya Sistem informasi pendidikan.
    James Cash menunjukkan pentingnya system informasi pendidikan sebagai berikut :
    Pertama, terlepas dari beberapa kekurangannya, dalam dunia pendidikan, keberadaan system informasi merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu sendiri.
    Kedua, domain ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dalam membentuk karakteristik dunia pendidikan tersebut. Manajemen dalam menggambarkan hubungan kedua aspek tersebut di mana pendidikan sebagai penggerak (drive) terhadap system informasi pendidikan, sedangkan system informasi pendidikan akan menjadi penentu kinerja [ performance] pendidikan. Dalam hal ini terdapat perspektif yang melihat bahwa dunia dan system informasi pendidikan berada dalam dalam lingkungan mikro lembaga-lembaga pendidikan, juga [ dari sisi lain] merupakan bagian makro dunia pendidikan secara keseluruhan. Peranan masyarakat, pemerintah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi , kebutuhan masyarakat, dan globalisasi merupakan beberapa contoh komponen makro yang perilakunya tidak dapat [ atau sulit] oleh sebuah lembaga pendidikan . Kedua perspektif di atas harus dapat dipelajari dan dianalisis agar dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan lingkungan mikro dan makro tempat beroperasinya sistem informasi pendidikan. Lebih jauh lagi hal ini dapat membantu para pengambil kebijakan bidang pendidikan dalam memutuskan strategi apa yang tepat untuk diterapkan dalam melakukan pengendalian dan monitoring terhadap komponen-konponen pendidikan.
    Ada sebuah kerangka pemikiran yang dapat melihat di mana sebenarnya posisi system informasi dalam kerangka mikro dan makro lembaga pendidikan.Lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang diperlukan untuk menjalankan operasional pendidikan , seperti siswa/ mahasiswa, sarana-prasarana, struktur
    -7-
    organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga pendidik), dan biaya organisasi.
    Adapun system informasi terdiri dari komponen-komponen pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang dibutruhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan.
    Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware). Dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi lembaga pendidikan dan strategi system informasi pendidikan harus saling mendukung sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) lembaga pendidikan yang bersangkutan. Jika dilihat dari perspektif makro, di luar lembaga pendidikan terlihat ada dua domain, yaitu lembaga pendidikan pesaing dan system informasinya yang memiliki komponen yang sama. Selain itu terdapat komponen pemerintah sebagai penyusun kebijakan dan peraturan bidang pendidikan, masyarakat , dan lain sebagainya. Komponen lembaga pendidikan eksternal ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap komponen lembaga pendidikan secara internal. Dari sisi system informasi , factor eksternal yang ada adalah perkembangan teknologi , baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. ( Eti Rochaety, 2008: 14-15)
    7. Jangan Ibarat Jalan di tempat
    Ada satu kelhilafan yang dilakukan oleh pelaku TIK, yaitu lebih mementingkan “ritual” teknologinya, dari pada misi atau substansinya. Inilah yang disebut jalan di tempat. Secara fisik kelihatan ia berjalan, bahkan berlari. Berlari sangat cepat, tetapi lintanasannya berbentuk lingkara, sehingga ke mana dia lari dari situ dia berangkat. Berangkat dari nol, pergi munuju ke tiik nol. Inilah yang diingatkan dengan bijak oleh Eliot.
    Renungan 4:
    -8-
    T.S. Elliot dalam Four Quartets-nya melukiskan ,
    “We shall not cease from exploration
    And the and of all exploring
    Will be to arrive where we started
    And know the place for the first time”
    ( Kita takkan berhenti untuk menjelajah
    dan akhir semua penjelajahan
    adalah ketika kita tiba di mana kita memulai
    dan mengetahui tempat itu untuk pertama kalinya )
    ( Deddy Mulyana, 2008 : 14-15)
    Bogor, 1 April 2011
    Mastur Thoyib/ e-mail : mastur.thoyib@yahoo.co.id/ Hp. 088808360726
    -9-
  21. Sutriyantono April 2, 2011 at 6:12 am
    Assalamu’alaikum wr wb.
    Ysh. Bpk. Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A.
    Beberapa saran Bapak antara lain bahwa penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
    Saran Bapak tersebut sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh PT Telkom, yaitu bahwa salah satu dukungan Telkom terhadap pendidikan di Indonesia diwujudkan dengan menyerahkan bantuan koneksi internet untuk 100 sekolah yang merupakan sekolah binaan Kemdiknas pada bulan Januari 2011 yang lalu dari Telkom kepada Kemdiknas demi percepatan pendidikan di Indonesia . Hal tersebut sebagai wujud dukungan Telkom dalam meningkatkan infrastruktur di dunia pendidikan Indonesia dengan harapan akan memberikan dampak yang optimal, khususnya bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, bila infrastruktur telekomunikasi sudah tergelar dengan baik, maka akan berdampak pada pertumbuhan aspek lain, bahkan ke dunia pendidikan.
    Sekedar sharing informasi bahwa mengenai implementasi e-Learning, sudah lama Telkom menerapkan Telkom e-Learning, sebagai media pembelajaran jarak jauh berbasis web yang dikelola oleh unit organisasi Diklat Telkom: Unit Multimedia Based Learning Divisi Learning Center Telkom, dengan slogan ”Solusi Belajar Sambil Bekerja”. Telkom e-Learning dapat dilakukan kapan dan di mana saja, menyediakan track record progress peningkatan pembelajaran peserta melalui tracking aktivitas pembelajaran, sistem assessment (ujian) dan sertifikasi, serta menyediakan daftar pelatihan yang sesuai dengan stream kompetensi karyawan yang bersangkutan.
    Adapun fasilitas yang tersedia pada Telkom e-Learning adalah:
    o Media pembelajaran online yang dilengkapi dengan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
    o Penyebaran informasi (sosialisasi) kebijakan perusahaan / unit kerja.
    o Aktivitas Online, meliputi Test Online dan Sertifikasi Online, merupakan media online yang dapat dipergunakan oleh management atau unit tertentu yang mengetahui tingkat kemampuan karyawan pada suatu kompetensi tertentu.
    o Selain Test Online dan Sertifikasi Online, Divisi Learning Center Telkom juga dapat menyediakan layanan tambahan untuk men-support aktivitas online lainnya tergantung kesepakatan antara Unit Kerja terkait.
    Demikian sekedar sharing informasi di perusahaan tempat saya bekerja, ucapan terimakasih saya kepada bapak Adie E. Yusuf bahwa makalah Bapak sangat bermanfaat dalam menambah wawasan saya tentang Pemanfaatan ICT Dalam Pendidikan, khususnya tentang Kebijakan dan Standarisasi Mutu
  22. arief rachman badrudin April 8, 2011 at 3:45 am
    ARIEF RACHMAN BADRUDIN PROGRAM S.3 UNPAK NPM. 073110014
    Tanggapan terhadap makalah PEMANFAATAN ICT DALAM PENDIDIKAN KEBIJAKAN DAN STANDARISASI MUTU OLEH DR. H. ADIE E.YUSUF, M.A
    Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kenyataan menunjukkan TIK telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban dunia terutama ekonomi. Bahkan abad ke-21 diyakini akan menjadi abad baru yang disebut dengan era reformasi ekonomi (digital econimoc).
  23. Ramadhan E Hardi September 18, 2011 at 9:45 am
    Salam,
    Sangat hebat memang saya akui untuk pemanfaatan ict dalam dunia pendidikan. Namun yang terjadi sekarang adalah bagaimana pemanfaatan tersebut lebih menuju ke arah pembebasan lisensi dari sebuah perangkat lunak. Tidak sedikit tenaga pengajar (dosen atau pun guru) yang menanamkan aplikasi bajakan pada alat kerja elektroniknya seperti laptop (notebook).
    Menurut saya, jika ingin menciptakan siswa / mahasiswa yang handal dan menghargai HAK CIPTA, maka mulai lah setidaknya dari yang paling dekat dulu yaitu pengajar untuk mempergunakan aplikasi berlisensi. Dan jika tidak mampu membeli maka gunakan lah aplikasi bebas (opensource).
    Terima Kasih
  24. P. Cahyono March 24, 2012 at 5:40 am
    Salam kenal, bagus blog pak Adie. Melalui blog ini saya menginformasikan blog yang saya kelola kiranya tidak keberatan untuk mampir di http://pcahyono.blogspot.com/
    Salam kreatif…
    • Performance Tech Adie March 27, 2012 at 6:36 am
      Yth pak Cahyo, saya terkesan dengan blognya sangat interaktif. Mungkin kita perlu lebih jauh tentang aplikasi ICT khususnya dalam pembelajaran.
      Salam sukses..

Leave a Reply


 

March 2010
M T W T F S S
« Jul Mar »
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031

Pages

Categories

Blog Stats

  • 49,062 hits
Follow

Get every new post delivered to your Inbox.