PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM INSTRUCTIONAL
PADA KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
BERBASIS KBK
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
A. Kebijakan Umum Kurikulum Pendidikan Tinggi
Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi secara umum mengacu kepada surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur
kurikulum. berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning
to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.
Bersasarkan pemikiran tentang tujuan belajar tersebut maka mata kuliah
dalam kurikulum perguruan tinggi dibagi atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata
kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan
Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (4) Mata
Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat (MBB).
Dalam
Ketentuan Umum (7.8,9.10,11) dikemukakan deskripsi setiap kelompok mata
kuliah dalam kurikulum inti dan pada pasal 9 berkenaan dengan kurikulum
institusional. Dengan mengambil rumusan pada Ketentuan Umum, deskripsi
tersebut adalah sebagai berikut: Keputusan Mendiknas yang dituangkan
dalam SK nomor 232 tahun 2000 di atas jelas menunjukkan arah kurikulum
berbasis kompetensi walau. pun secara. eksplisit tidak dinyatakan
demikian.
Surat
Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu".
Kurikulum
berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan,
terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan
yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran
kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal
benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi
dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut
ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu.
SK
Mendilmas nomor 045 tahun 2002 ini memperkuat perlunya pendekatan KBK
dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Bahkan dalam SK
Mendiknas 045 pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa kelima kelompok mata
kuliah yang dikemukakan dalam SK nomor 232 adalah merupakan
elemen-elemen kompetensi.
Selanjutnya,
keputusan tersebut menetapkan pula arah pengembangan program yang
dinamakan dengan kurikulum inti dan kurikulum institusional. Jika
diartikan melalui keputusan nornor 045 maka kurikulum inti berisikan
kompetensi utama sedangkan kurikulum institusional berisikan kompetensi
pendukung dan kompetensi lainnya. Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045:
Kurikulum inti yang merupakan penciri kompetensi utama, bersifat:
1) dasar untuk mencapai kompetensi lulusan
2) acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi
3) berlaku secara. nasional dan internasional
4) lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa mendatang, dan
5) kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan
Sedangkan Kurikulurn institusional berisikan kompetensi pendukung serta kompetensi lain yang bersifat khusus dan terkait dengan kompetensi utama.
Dalam
rangka implementasi KBK di perguruan Tinggi, maka hendaknya kita
memperlakukan kelima kelompok mata kuliah tersebut sebagai kelompok
kompetensi. Dengan demikian maka setiap mata kuliah harus menjabarkan,
kompetensi yang dikembangkan mata kuliah tersebut sehingga setiap mata
kuliah memiliki matriks kompetensi. Setelah itu dapat dikembangkan
matriks yang menggambarkan sumbangan setiap mata kuliah terhadap kelima,
kategori kompetensi.
Dengan
kurikulum berbasis kompetensi maka sistem penilaian hasil belajar
haruslah berubah. Ciri utama perubahan penilaiannya adalah terletak pada
pelaksanaan penilaian yang berkelanjutan serta komprehensif, yang
mencakup aspek-aspek berikut:
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
Sementara itu strategi yang dapat digunakan adalah:
a. Mengartikulasikan standar dan desain penilaian di lingkungan pendidikan pendidikan tinggi.
b. Mengembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan proses pernbelajaran
c. Mengembangkan kemampuan subyek didik untuk memanfaatkan hasil penilaian dalam meningkatkan efektifitas belajar mereka
d. Memantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil belajar.
Perubahan
yang mendasar juga terjadi pada kriteria lulus dan tidak lulus
(menguasai kompetensi atau tidak). Dalam konteks ini tidak setiap
kompetensi memiliki rentangan 0 - 4 atau E, D, C. B, dan A, melainkan
pendekatan penilaian yang bersifat mastery (Mastery-based Evaluation)
untuk menggantikan pendekatan skala yang digunakan pada saat ini.
Untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik sejumlah
komponen perlu terlibat secara inten dan memberikan perannya
masingmasing sesuai dengan kapasitasnya, antara lain:
1) Visi dan Misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas dan akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
2) Partisipasi
seluruh sivitas akademika (dosen, naahasiswa) dalam bentuk "shared
vision" dan "mutual commitment" untuk optimasi kegiatan pembelajaran.
3) Iklim dan kultur akademik yang kondusif untuk proses pengembangan yang berkesinambungan.
4) Keterlibatan kelompok masyarakat pemrakarsa (stakeholders) serta. Masyarakat pengguna lulusan itu sendiri.
”PENDIDIKAN GURU BERBASIS INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY”
Abstrak
Pendidikan
terus berupaya menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan global,
tak terkecuali pola pendidikan bagi guru. Penggunaan ICT dalam
pendiidkan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penyelenggaraan
pendidikan bagi para calon guru dan para guru profesional. Terdapat
beberapa model pembelajaran guru di beberapa negara dengan sistem
pendidikan terbuka dengan pembelajaran jarak jauh misalnya : penggunaan
Tvplus jurnalistik di Brazil, Pemanfaatan Radio interaktif di Afrika
Selatan, Pengembangan kepala sekolah di Burkino Faso Afrika dan
penggunaan ICT di CILI. Model yang banyak digunakan oleh beberapa negara
adalah dengan pemanfaatan ICT terutama dengan sistem elearning. Hal
tersebut diperkuat dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’,
maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan
e-learning, juga telah diijinkan menyelenggarakan-nya. Lembaga lembaga
pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan
keunggulan e-learning ini untuk program-programnya termasuk program
pendidikan guru sedianya dilakukan analisis secara mendalam kemungkinan
untuk diterapkan dalam pendidikan jarak jauh dengan menerapkan ICT.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DI SEKOLAH
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
"Membantu mewujudkan Sekolah yang Berstandar dan Bermutu..."
LAYANAN PELATIHAN ICT UNTUK GURU
Rasional
Kebutuhan
akan multimedia Interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi
perkembangan Teknologi Informasi (IT) semakin berkembang pesat. Dalam
dunia pendidikan misalnya siswa mulai dari pra-sekolah, SD, SMP dan
SMU/SMK dituntut untuk mengenal TI sejak dini. Kebutuhan ini tidak hanya
sebagai wacana tetapi dilegalisasi melalui terbitnya Kurkulum 2004 yang
memasukan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
sekolah, lebih khusus lagi SMK TI secara spesifik mempelajari TI sebagai
suatu keahlian produktif. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah,
pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan
perangkat hardawre komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan
diberikannya BOM (bantuan perasional Manajemen) yang salah satunya harus
dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang
pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai
alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum
lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar,
menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran
yang diharapkan.
Atas dasar
pentingnya bahan pembelajaran berbasis ICT yang dirancang oleh guru bagi
peningkatan kualitas pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dan untuk kepentingan publikasi komunikasi dan
informasi lembaga, maka sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk
adanya peningkatan kemampuan para pelaku pendidikan/ pelatihan terutama
guru untuk memiliki kemampuan dalam merancang multimedia interaktif
untuk mengemas berbagai materi-materi pelajaran. Dengan demikian
diperlukan adanya kegiatan Pelatihan Pembuatan Multimedia Interaktif
berbasis Komputer .
Jenis Kegiatan Pengembangan
Terdapat beberapa jenis kegiatan
pengembangan kompetensi guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK dalam
penguasaan ICT untuk diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, yakni:
- Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Pelatihan Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran
- Pelatihan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
- Pelatihan Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
- Pelatihan Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Tujuan Kegiatan Pengembangan
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran yang dikuasainya untuk digunakan dalam PBM.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam penguasaan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Materi Pelatihan
Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Power Point 2003/2007 Basic dan enrichment.
- Power Point to Flash (Mengubah file power point menjadi File format SWF)
- Articulate Presenter
- Teknik Penggunaan (use) dan pemeliharaan (maintenance) Multimedia Projector (all brand all type)
- Prinsip-prinsip desain presentasi sesuai dengan kaidah komunikasi visual Teknologi Pembelajaran.
Pemamfaatan ICT dalam Pendidikan: Kebijakan dan Standarisasi mutu (Dr. Adie e Yusuf, MA)
Having read it, I agree with your statement, Sir !!
Kenyataan dilapangan masih ditemukan upaya-upaya meng- eleminir
peranan TIK pada dunia pendidikan, dengan berbagai macam alasan
dan latar belakangnya, padahal semakin menghindar maka akan
semakin jauh kita tertinggal(karena begitu pesatnya perkembangan
teknologi saat ini).
Kunci utama suksesnya peranan TIK dalam pendidikan di Indonesia,
jika saya analog-kan adalah e-learning, maka selain faktor
hardware dan software juga peranan perencanaan infrastruktur
yang betul-betul handal, mengingat letak geografis dan
demografis yang tidak merata malah jauh dari pemerataan, namun
hal ini jangan menjadi kendala yang terus-menerus dibesar-
besarkan. Dan Berikutnya adalah Policy, (political Power
/political will) ada nggak ? keinginan dari pengambil kebijakan
untuk men-sukseskan program TIK dalam pendidikan kita, atau
hanya merupakan simbol-simbol pemanis saja, (beberapa waktu
lampau Mendiknas RI pada saat itu Bambang Sudibyo: mengeluarkan
maklumat yang sedikit memaksa agar sekolah-sekolah tidak boleh
menjual buku dan disiapkan oleh pemerintah secara gratis,
e-books namanya, sampai saat ini memang masih ada. But… political will/political power not support it.
Ada 4 pertanyaan yang diajukan oleh Boettcher and Kumar (2000):
guna mendukung suksesnya perencanaan infrastrukutr e-learning;
1. Teknologi dan kemampuan teknis apa yang diperlukan untuk mendukung e-learning?
2. Keterampilan penting apa yang dibutuhkan oleh pengguna e-learning, instruktur, dan staf pendukung untuk selalu sukses dalam perubahan lingkungan pembelajaran secara digital ?.
3. Standar dan pedoman apa yang harus dikuasai ?.
4. Kebijakan apa yang harus dijalankan untuk suksesnya infrastruktur e-learning?
Demikian, mohon maaf jika comment ini begitu lancang,
Semoga sukses selalu untuk Pak Adie.
Nuhun
ISMULYANA DJAN – MHS S-3 Unpak
all of us have known that nowdays the role of ICT in organisation or institution is very important.. Banya aktifitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi.Tak hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan di mana-mana, seperti di kantor, di pasar swalayan, di bandara, perbankan dan bahkan di rumah ketika pemakai bercengkrama dengan dunia internet. Entah disadari atau tidak, sistem informasi telah banyak membantu manusia.
Keberadaan sistem informasi pada dunia pendidikan tidak hanya bermanfaat bagi lembaga / satuan pendidikan tetapi juga bagi para siswa dan masyarakat. contoh berkat sistem informasi para siswa dan orang tua bisa mendapatkan informasi tentang program-program sekolah, nilai siswa, keuangan, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler juga dapat mendaftar sebagai siswa baru pada saat penerimaan siswa baru(PSB) secara on line. Namun manfaat besar keberadaan ICT pada dunia pendidikan belum menyeluruh karena banyak faktor penyebabnya, diantaranya sarana prasarana pendukung ICT, sumber daya manusia pendidikan yang berkompeten di bidanag ICT juga sistem dan aturan yang relevan.
Namun demikian, untuk pemanfaatan ICT dalam pendidikan di Indonesia masih terdapat kendala antara lain disebabkan dengan terjadinya disparitas/keragaman mutu pendidikan yang berkaitan:
a. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum
memadai secara kuantitas, kualitas dan kesejahteraannys.
b. Sarana prasarana belajar yang belum memadai
c. Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu
pendidikan
d. Kesenjangan antara penduduk
oleh karena itu, pemanfaatan ICT dalam pendidikan di Indonesia pada saat ini belum optimal karena masih terdapat disparitas, selama keragaman tersebut masih terjadi hanya lembaga pendidikan/sekolah/perguruan tinggi tertentu yang dapat memanfaatkan ICT dalam pembelajaran.
Mohon maaf apabila komentar ini kurang tepat sukses selalu untuk Bapak.
Ratna Dewi, (Mahasiswa Pascasarjana S-3) UNPAK
Yth. Bpk. Adie
Allhamdulillah pak akhirnya saya sekarang sudah punya blog sendiri , ini semua atas saran dari bapak sewaktu memberikan materi matrikulasi di Unpak tgl. 25 September yang lalu, mudah-mudahan sebagai seorang guru SD saya mampu memanfaatkan media ini sebagai sarana dalam meningkatkan kompetensi saya. selanjutnya saya mohon petunjuk dari bapak sebagai pemula saya mohon diberi petunjuk hal apa saja yang dapat saya simpan di blog, terima kasih
Anita Barkah
Mahasiswa S2 Unpak
Bp. adie yang terhormat,
saya adalah salah satu guru pamong SMA terbuka dengan sekolah induk di SMA Negeri 1 Leuwiliang , yaitu sma terbuka yang di rintis oleh pustekom, apa yang bapak tulis tentang pemanfaatan ICT dalam pendidikan terutama untuk pembelajaran jarak jauh memang sangat berguna dan pernah saya gunakan.tetapi kenapa program yang sangat bagus dari pustekom tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat sehingga program tersebut tidak berjalan dengan baik, padahal ketika saya bertemu dengan guru-guru pamong di luar jawa mereka sangat terbantu dengan adanya SMA terbuka yang memakai cara pembelajaran jarak jauh,mungkin itu curhat saja pak mudah-mudahan bapak bisa mengusulkan kembali ke pemerintah pusat atau tetap dikelola oleh pustekom dengan bantuan dari pemerintah pusat.terima kasih pak.
sopan guniadi
MP Unpak 2010
jadi, hal yang menurut saya harus dikembangkan terlebih dahulu bukan sarananya tetapi pola pikir pembelajar bagi individu-individu pengguna multimedia tersebut.
1. masih minimnya kompetensi guru dalam menggunakan komputer
2. masih kecilnya daya beli guru terhadap PC/notebook
3. Masih terbatasnya jaringan komunikasi terutama di daerah terpencil
4. belum adanya dukungan seutuhnya dari seorang pimpinan di sekolah
From : Junaidi pasca S2
berdasar pengalaman tersebut, saya juga mencoba melakukan peneltian dalam bentuk PTK (class action research) dengan judul “MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR KIMIA DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DI KELAS XII IPA-1 SMAN 1 MEGAMENDUNG” di luar dugaan ternyata respon siswa sangatluar biasa.
selain itu, saya sudah beberapa tahun juga membuat blog yaitu “amataswandi.blogspot.com”, cuma yang jadi masalah gimana ya pak cara memeliharanya, karena saya kurang terampil untuk membuat karya tulis yang indah, panjang, enak dibaca. adanya buntu melulu setiap mau menulis. terima kasih sarannya.
Sukses untuk Pak Adie E ………… wasalamu’alaikum
Bapak adie yang terhormat
mengenai Pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat setuju, memang sudah sangat dibutuhkan terutama di bidang manajemen pendidikan, akan tetapi untuk proses KBM menurut saya tidak mutlak seluruhnya menggunakan TIK karena akan berdampak pada masalah pengembangan proses sosialisasi dan interaksi anak2.
kemudian budaya dan paradigma para pemegang kebijakan disekolah merupakan tantangan yang paling berat yang harus dirubah. karena program yang sudah lama dicanangkan sampai sekarang belum terlaksana juga, untuk itu harus diciptakan para pemegang kebijakan disekolah yang paradigmanya mendudkung pelaksnaan TIK di sekolah
Ridwan
MP. 2010/2011
Erby Pratama Putra / A1.1 (072110010)
MP
mohon izin untuk mencopy makalah/artikel bapak, blog kami.
Saya pribadi terkesan dengan pertemuan pertama ketika matrikulasi dan apa yang ada di blog ini sangat menambah wawasan, khusus bagi kami sebagai mahasiswa. terima kasih sebelumnya
Yang terhormat Bpk Adiee
Setelah saya membaca tulisan bapak, secara garis besar ada beberapa hal yang memang harusnya menjadi pemikiran kita bersama.Bahwa saat ini TIK memang sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasar dalam dunia pendidikan. Secara ideal TIK sebagai media pembelajaran harusnya mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi saat ini perkembangannya belum begitu berimbang secara kuantitas pemakaiaannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menjadi kendala dalam aplikasi dilapangan, mulai dari daya beli sekolah yang mampu mengadakan TIK,sebagai sarana pembelajaran, pengajar yang terampil tidak tersedia atau bahkan ketidak perdulian pimpinan sekolah akan hal ini. Tetapi itu semua tidak akan berarti bila kita selaku praktisi pendidikan berkomitmen dan mempunyai keinginan untuk maju.
saya sehari-hari bekerja sebagai guru SD,tepatnya di SDN KIARAPANDAK 01 kecamatan Sukajaya bogor,,tempat saya bekerja merupakan salah satu desa terpencil di Bogor.saya tertarik dengan isi tulisan yang bapak buat,bahwa teknologi merupakan sarana informasi yang paling cepat diterima oleh masyarakat,dalam hal ini tentunya peserta didik.akan tetapi kenyataan dilapangan,jangankan memanfaatkan TIK sebagai sumber belajar bagi siswa,gurunya sendiripun “MASIH” belum paham dengan TIK itu sendiri.terlebih lagi di SD,khususnya daerah tempat saya bertugas fasilitas seperti itu belum ada,kami memiliki komputer hanya untuk mengerjakan laporan dan administrasi sekolah saja.saya sebagai pendidikpun sangat jauh ketinggalan dibandingkan teman-teman satu profesi di tempat lain(dalam hal ini daerah perkotaan),jadi bagaimana pendidikan itu bisa merata dan menjangkau semua daerah jika sarana yang digunakannyapun tidak mendapat perhatian dari pihak pemerintah.
saya berharap,dengan segala keterbatasan yang kami miliki saat ini tidak menjadi penghalang bagi kami (sebagai pengajar) untuk mendidik “anak-anak” kami menjadi lebih maju dan sejajar dengan yang lainnya.terimakasih untuk blog nya
Pengembangan SDM sekaligus institusi yang mewadahinya mutlak diperlukan. juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi Wide Area Network (WAN) tingkat Kota, sehingga seharusnya kini mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Maka Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota hrus digalakkan secara dramatis.
Mahasiswa Pascasarjana S.3 UNPAK 2010
Information and Communication Technology (ICT) dengan dunia pendidikan bukanlah bidang yang saling berseberangan sebagaimana bidang-bidang lain dengan ICT. ICT laksana sebuah tools yang kehadirannya menambah kesempurnaan proses pendidikan.
Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanaya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran guru, dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan ICT yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
Yth.Bpk. Dr.Adie E.Yusuf,MA.
Dunia internet telah mendorong perombakan total konsep klasik tentang pendidikan yang selama ini berlaku, sedikit demi sedikit mulai berubah. Teknologi informasi dengan mudah telah menghilangkaan batasan ruang dan waktu yang selama ini membantasi dunia pendidikan. Seperti diungkapkan oleh John Chambers, seorang pakar teknologi dari Cisco System, Amerika: The next big killer application for the internet is going to be education”. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi dari hal tersebut adalah;
1.Mahasiswa dapat dengan mudah mengakses mata kuliah apa saja di seluruh penjuru dunia tanpa batasan institusi dan Negara;
2.Mahasiswa dpat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminati;
3.Kuliah dapat dengan mudah diakses dari penjuru dunia tanpa bergantung di mana lokasi universitas tersebut.
Arti dari semua ini adalah konsep pembelajaran atau perkuliahan tidak harus berjalan secara rigid “ Full Paper” . Saya tertarik dengan konsep perkuliahan yang bapak sampaikan, yaitu perkuliahan dengan sistem Paperless . Dari apa yang telah saya baca dari tulisan bapak di blog, bagaimana kalau bapak menyediakan fasilitas atau media tanya jawab ( FAQ,Frequently asked questions). Terima kasih Pak Adie tulisan Bapak tentang peemanfaatan ICT dqalam pendidikan begitu inspiratif dan memberikan banyak pemahaman.Wassalam.
Agus Indro W.
MP.2011
(1)Contents; banyak fasilitas website dari Lembaga Pemerintah di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan menyediakan informasi beragam namun hanya sekedar berita saja, kurang memberikan inspirasi bagi para pembacanya untuk melakukan sesuatu dalam upaya meningkatkan kemampuan diri, ataupun kemampuan anak didiknya, khusus untuk para pendidik. Hal ini terkait dengan tujuan dalam Renstra Depdiknas 2005 – 2009 pada pilar pertama, yaitu perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media pembelajaran jarak jauh. Dan pilar kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam pendidikan/proses pembelajaran. Kalaupun tersedia, informasi tersebut diperoleh di website pribadi ataupun organisasi non pemerintah, yang secara legalitas atau konten akademik kurang dapat dipertanggung jawabkan. Seperti pada informasi Ujian Nasional, yang ditampilkan hanya sekedar wilayah dengan tingkat kelulusan, nilai rata-rata, dan seterusnya. Belum menyinggung masalah “contents”, terkait dengan materi apa yang dinilai susah oleh peserta didik, kemudian metode apa yang harus digunakan oleh pendidik sehingga peserta didik memahami materi tersebut, dan permasalahan lainnya.
(2)Consistency; salah satu manfaat ICT adalah mudahnya orang mengakses dan mencari informasi, namun apabila informasi yang tersedia tidak “up to date”, akan terasa kurang bermakna dan berdampak pada keengganan seseorang untuk mencari informasi di dunia maya. Hal ini terjadi, dikarenakan belum konsistennya organisasi pemerintah untuk mengelola website, tidak hanya terkait dengan masalah dana, namun juga masalah kurangnya SDM yang handal, dan yang benar-benar focus secara konsisten melakukan updating data dan informasi.
(3)Classification; merujuk kepada tahapan menurut UNESCO dalam system pendidikan, maka perlu diidentifikasi dan diklasifikasikan kondisi perguruan tinggi/sekolah berdasarkan tahapan: (1) emerging; (2) applying; (3) infusing; dan (4) transforming. Hal ini untuk mempermudah perencanaan program ke depan, yang dilakukan berbasis data, dan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Sehingga terjadi efisiensi dan efektivitas pengoptimalan pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan.
(AGUS MOHAMAD SOLIHIN/NPM.073110001/PPS S3 UNPAK)
PEMANFAATAN ICT DALAM PENDIDIKAN : KEBIJAKAN DAN STANDARISASI MUTU
Oleh : Mastur Thoyib, Drs., M.M., M.Pd.
( Mahasiswa Program S-3 Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan Bogor)
Renungan 1 :
Allah berfirman :
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi ) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan sulthon (kekuatan)”
( Q.S. Ar Rahman [55] : 33 )
Renungan 2 :
Mari kita renungkan sepotong syair Ibnu Zaidun ,
“Jadilah keadaan saling menjauh itu
suatu pengganti
dari saling mendekat
di antara kita
Dan digantikanlah
berbagai pertemuan kita
dengan keadaan saling menjauh
di antara kita “
( Awadi Manshur, 1993 : 23 )
Renungan 3
John Daniel menengarai bahwa,
-1-
“Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT)
dalam waktu yang sangat singkat
telah menjadi salah satu fondasi bangunan bagi masyarakat modern.
Sebagian Negara saat ini menganggap pemahaman tentang ICT
dan penguasaan keahlian-keahlian dasar dan konsep-konsep ICT
sebagai bagian dari jantung pendidikan,
bersama dengan membaca, menulis dan berhitung.
( Unesco , 2009: v)
Setelah membaca dan merenungkan tulisan Pak Adie Yusuf, tergerak hati saya untuk memberikan tanggapan dalam rangka kepedulian dan tugas akademik sebagai berikut :
1.Apa itu Sulthon ?
Pasca perjalanan Isra’mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW., masyarakat Arab terpecah menjadi tiga golongan, yaitu : Mu’min ( Percaya bahwa Nabi telah melakukan Isra’ mi’raj); Kafir ( mereka yang mengingkari); dan Munafiq (mereka yang tak berpendirian, tetapi memancing di air keruh ). Bagi mereka yang beriman, mudah saja mempercaya peristiwa itu. Pertama, karena Muhammad adalah Nabi yang memiliki mukjizat. Kedua dengan mu’jizat itu Allah dengan Kuasa-Nya memberikan “sulthon”, sebagai mana diungkapkan dalam surat ar Rahman, ayat 55 (renungan 1 ). Tetapi bagi mereka yang kafir ( dan munafik) tetap saja matanya buta, telinganya pekak, dan hatinya tertutup terhadap kebenaran.
Itu peristiwa lebih dari empat belas abad yang lalu. Tetapi nampaknya, peristiwa jahilah (kebodohan) yang sama dipertontonkan oleh si PONA.. Si PONA ( Person of No Account ), ialah seseorang yang tidak memiliki akses ke cyberspace, seseorang yang tidak pernah online. Istilah ini merupakan istilah yang banyak berkembang di dunia cyberspace dan kata-kata ini digunakan untuk menyebut – atau mengejek- seseorang yang sama sekali buta terhadap teknologi internet.( Aep Kusnawan, 2004: 121-122)
Hari gini masih jadi si PONA, apa kata dunia !
-2-
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah ibarat pisau bermata dua.
Meluasnya akses terhadap fasilitas komunikasi masa dan alat informasi, termasuk internet dalam beberapa dekade terakhir ini telah menciptakan transformasi yang besar dalam interaksi sesama manusia. Ibarat pisau bermata dua – teknologi apapapun – termasuk teknologi informasi dan komunikasi – membawa dampak positif maupun negatif.
Pertama , dampak positif yang dapat dipetik atau dinikmati , antara lain (a) e-mail (correspondence, surat elektronik) , yang memudahkan seseorang mengirim pesan secara cepat, (b) Chat (chatting ,berbincang), yang memungkinkan berkemunikasi dengan orang lain di belahan dunia manapun, (c) Take / send information (download/ upload), seseorang dapat mengakses informasi apapun, (d) Using technology “teleconference” , yang memmungkinkan banyak orang berkomunikasi interktif dengan sesamanya, (e) Gatting the entertainment (hiburan ) , memnungkinkan orang mendapatkan hiburan yang murah dari berbagai tayangan, (f) software, memungkinkan seseorang menyimpan atau mendistribusikan , serta menggunakan data/ informasi secara mudah dan cepat. (Endang Kurniawan, 2011 dari berbagai sumber )
Kedua, dampak negative, antara lain : (a) Pornography. Walaupun berbagai produk “browser” melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home page yang dapat diakses, tetap saja pornografi dapat menerobos, (b) Violence and Gore (kekejaman dan kesadisan), (c) Fraud, penipuan, (d) Carding , yaitu aktivitas pembelian barang di internet dengan menggunakan kartu bajakan, (e) Gambling,Perjudian.
Selain itupun , ada beberapa dampak negative lainnya yang dilihat secara konseptual : (a) information anxiety (informasi terlalu banyak, sehingga sulit memilih mana yang benar atau salah., (b) dehumanization , hilang atau turunnya penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan, (c) health issues, keadaan stress yang ditimbulkan oleh penggunaan peralatan dan aplikasi berbasis TIK, (d) lost of privacy, identitas digital membuat keberadaan kita selalu terdeksi, (e) cookies, banyaknya informasi yang ditampilkan
-3-
diinternet yang membuka peluang penyalahgunaan oleh pihak yang tidak berwenang,
(f) digital gap, kesenjangan yang terjadi antara komunitas yang menguasai TIK dan yang tidak, (g) possible massive unemployment, berdampak pengangguran besar-besaran., (h) impact of globalization on culture, hilangnya kultur local digantikan culture global.( Endang Kurniawan, 2011 dari berbagai sumber )
3. TIK bukan segalanya
Ada yang berpandangan bahwa bahwa isssu pendidikan tidak dapat diatasi tanpa bantuan pendidikan . Tetapi pandangan lain mengatakan bahwa isssu pendidikan akan dapat diatasi tanpa bantuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), walau lamban.
Bagaimana mungkin dikatakan demikian, kata yang berpandangan kedua ini- sedangkan isu-isu pendidikan yang dimaksud telah muncul sebelum digunakannya ICT.
Demikian juga bila dikatakan bahwa pemanfaatan TIK bersifat mutlak, sejatinya tidak demikian. Karena dengan memutlakkkan TIK, artinya sama dengan menegasikan praktek pendidikan di masa lalu.
Poin satu dan dua menunjukkkan bahwa TIK bukan sekali-kali tujuan itu sendiri, melainkan alat. Bila TIK merupakan alat, maka tidaklah bersifat imperatif (keharusan, mutlak) , melainkan alternatif (ada banyak pilihan)
4.Dengan TIK, peserta didik mendapat kesempatan belajar “kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja”, bahkan “belajar apa”, akan memicu suatu kontroversi, karena :
Pertama, bagi orang dewasa tidaklah merupakan masalah, karena mereka telah memiliki kematangan dalam berfikir, merasa dan bertindak. Tetapi bagi peserta didik yang masih belum dewasa, akan potensial menimbulkan kerawanan.
-4-
Kedua, istilah “kapan saja”, memang merupakan keleluasaan peserta didik untuk dapat memilih waktu. Tetapi kesadaran mengelola waktu, tidaklah bersifat given. Oleh karena itu perlu ada sosialisasi atau pembiasaan melalui pendidikan anak usia dini.
Ketiga, istilah “di mana saja” , juga merupakan keluluasaan peserta didik untuk memilih tempat yang disukai atau diminati. Ternyata bila kita mengacu pada “wajar 9 tahun”, ada pembatasan bagi peserta didik tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama , selanjutnya di sebut Pendidikan Dasar, yaitu menyangkut lembaganya, yang disebut lembaga pendidikan Formal atau yang setara, seperti paket A dan B atau Home Scooling.
Wajar 9 tahun –pun sesungguhnya istilah yang tidak pas untuk pengertian wajib mengikuti pendidikan sembilan tahun. Karena “sivil efek” berupa ijazah, masih merupakan persyaratan bagi lulusanya. Jadi istilah yang tepat adalah “Wajib Sekolah sembilan tahun” atau “Wajib mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan luar sekolah / paket A dan B, selama sembilan tahun”.
Keempat, istilah “siapa saja” mungkin saja untuk pendidikan yang bersifat kognitif. Tetapi bagaimana dengan yang bersifat nilai dan sikap, di mana subyek (pendidik maupun peserta didik) sangat menentukan. Misalnya untuk pendidikan agama Islam, mempersyaratkan bahwa pendidik dan peserta didik haruslah beragama Islam pula.(UU SPN nomor 20 tahun 2003 )
Kelima, perlu ditambahkan pula istilah “apa yang diajarkan”. Sudah dimaklumi bersama, bahwa “tidak semua dapat ditranferkan semua”
4. Mengenai Tantagan Pendidikan Nasional
Tantangan Pendidikan Nasional kita, di samping apa yang telah dikemukakan oleh penulis, juga ada tantangan lain yang sifatnya laten. Misalnya maraknya hal- hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang bersifat ilahiyah.
-5-
Pertama, kita belum memprioritaskan pendidikan yang berorientasi keselamatan dan kebaikan.
Keselamatan akan dicapai apabila kita melaksanakan kehendak Ilahi, yaitu dengan menjalankan yang diperintahkan serta sekaligus menjauhi yang dilarang. Sementara kebaikan hanya ada, apabila syarat di atas (taqwa) telah dipenuhi, dan itu akan mengarah pada dua pencapaian (dunia dan akherat).
Kedua, ilmu dan teknologi, tidaklah akan memiliki arti apapun, tanpa adanya nilai ilahiyah. Di sinilah pentingnya menyadarai bahwa tak ada ilmu dan teknologi yang netral atau bebas nilai.Satu contoh klasik adalah semir sepatu. Walaupun semir itu diberi nama “netral”, tetap saja warna semir itu tidak netral.
Ketiga, karena ilmu dan teknologi apapun bersifat tidak bebas nilai, maka kita harus mengantisipasi setiap produk dari ilmu dan teknologi. Dengan demikian kita harus memilah dan memilih, mana ilmu dan dan teknologi yang sejalan dengan nilai ilahiyah yang kita anut, serta mana yang tidak sejalan.
5. Pendidikan Jarak Jauh
Dari satu sisi pendidikan jarak jauh (atau apapun namanya) adalah baik karena alasan-alasan yang telah dikemukan penulis . Tetapi dari segi yang lain, ada beberapa hal yang harus dikritisi, antara lain :
Pertama, adalah kelemahan interaksi yang mekanistik, sehingga bersifat tidak manusiawi;
Kedua, adalah kemahan dalam proses belajar mengajar yang hanya bersifat kognitif dan ketidak mampuan PTJJ melakukan transformasi nilai-nilai dan sikap.
Ketiga, adalah kelemahan proses evaluasi yang hanya mampu mengungkap ranah kognitif saja, itupun diragukan akurasinya, apabila dilakukan “melulu” melalui soal-jawab yang bersifat “on line”. Bagaimana mengetahui siapa yang menyoal dan siapa yang menjawab.
-6-
6. Pentingnya Sistem informasi pendidikan.
James Cash menunjukkan pentingnya system informasi pendidikan sebagai berikut :
Pertama, terlepas dari beberapa kekurangannya, dalam dunia pendidikan, keberadaan system informasi merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan itu sendiri.
Kedua, domain ini memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi dalam membentuk karakteristik dunia pendidikan tersebut. Manajemen dalam menggambarkan hubungan kedua aspek tersebut di mana pendidikan sebagai penggerak (drive) terhadap system informasi pendidikan, sedangkan system informasi pendidikan akan menjadi penentu kinerja [ performance] pendidikan. Dalam hal ini terdapat perspektif yang melihat bahwa dunia dan system informasi pendidikan berada dalam dalam lingkungan mikro lembaga-lembaga pendidikan, juga [ dari sisi lain] merupakan bagian makro dunia pendidikan secara keseluruhan. Peranan masyarakat, pemerintah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi , kebutuhan masyarakat, dan globalisasi merupakan beberapa contoh komponen makro yang perilakunya tidak dapat [ atau sulit] oleh sebuah lembaga pendidikan . Kedua perspektif di atas harus dapat dipelajari dan dianalisis agar dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan lingkungan mikro dan makro tempat beroperasinya sistem informasi pendidikan. Lebih jauh lagi hal ini dapat membantu para pengambil kebijakan bidang pendidikan dalam memutuskan strategi apa yang tepat untuk diterapkan dalam melakukan pengendalian dan monitoring terhadap komponen-konponen pendidikan.
Ada sebuah kerangka pemikiran yang dapat melihat di mana sebenarnya posisi system informasi dalam kerangka mikro dan makro lembaga pendidikan.Lembaga pendidikan memiliki komponen-komponen yang diperlukan untuk menjalankan operasional pendidikan , seperti siswa/ mahasiswa, sarana-prasarana, struktur
-7-
organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga pendidik), dan biaya organisasi.
Adapun system informasi terdiri dari komponen-komponen pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang dibutruhkan pihak pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan.
Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia (brainware). Dalam teori manajemen untuk menjalankan sebuah lembaga pendidikan, strategi lembaga pendidikan dan strategi system informasi pendidikan harus saling mendukung sehingga dapat menciptakan keunggulan bersaing (competitive advantage) lembaga pendidikan yang bersangkutan. Jika dilihat dari perspektif makro, di luar lembaga pendidikan terlihat ada dua domain, yaitu lembaga pendidikan pesaing dan system informasinya yang memiliki komponen yang sama. Selain itu terdapat komponen pemerintah sebagai penyusun kebijakan dan peraturan bidang pendidikan, masyarakat , dan lain sebagainya. Komponen lembaga pendidikan eksternal ini secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap komponen lembaga pendidikan secara internal. Dari sisi system informasi , factor eksternal yang ada adalah perkembangan teknologi , baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. ( Eti Rochaety, 2008: 14-15)
7. Jangan Ibarat Jalan di tempat
Ada satu kelhilafan yang dilakukan oleh pelaku TIK, yaitu lebih mementingkan “ritual” teknologinya, dari pada misi atau substansinya. Inilah yang disebut jalan di tempat. Secara fisik kelihatan ia berjalan, bahkan berlari. Berlari sangat cepat, tetapi lintanasannya berbentuk lingkara, sehingga ke mana dia lari dari situ dia berangkat. Berangkat dari nol, pergi munuju ke tiik nol. Inilah yang diingatkan dengan bijak oleh Eliot.
Renungan 4:
-8-
T.S. Elliot dalam Four Quartets-nya melukiskan ,
“We shall not cease from exploration
And the and of all exploring
Will be to arrive where we started
And know the place for the first time”
( Kita takkan berhenti untuk menjelajah
dan akhir semua penjelajahan
adalah ketika kita tiba di mana kita memulai
dan mengetahui tempat itu untuk pertama kalinya )
( Deddy Mulyana, 2008 : 14-15)
Bogor, 1 April 2011
Mastur Thoyib/ e-mail : mastur.thoyib@yahoo.co.id/ Hp. 088808360726
-9-
Ysh. Bpk. Dr. H. Adie E. Yusuf, M.A.
Beberapa saran Bapak antara lain bahwa penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
Saran Bapak tersebut sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh PT Telkom, yaitu bahwa salah satu dukungan Telkom terhadap pendidikan di Indonesia diwujudkan dengan menyerahkan bantuan koneksi internet untuk 100 sekolah yang merupakan sekolah binaan Kemdiknas pada bulan Januari 2011 yang lalu dari Telkom kepada Kemdiknas demi percepatan pendidikan di Indonesia . Hal tersebut sebagai wujud dukungan Telkom dalam meningkatkan infrastruktur di dunia pendidikan Indonesia dengan harapan akan memberikan dampak yang optimal, khususnya bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, bila infrastruktur telekomunikasi sudah tergelar dengan baik, maka akan berdampak pada pertumbuhan aspek lain, bahkan ke dunia pendidikan.
Sekedar sharing informasi bahwa mengenai implementasi e-Learning, sudah lama Telkom menerapkan Telkom e-Learning, sebagai media pembelajaran jarak jauh berbasis web yang dikelola oleh unit organisasi Diklat Telkom: Unit Multimedia Based Learning Divisi Learning Center Telkom, dengan slogan ”Solusi Belajar Sambil Bekerja”. Telkom e-Learning dapat dilakukan kapan dan di mana saja, menyediakan track record progress peningkatan pembelajaran peserta melalui tracking aktivitas pembelajaran, sistem assessment (ujian) dan sertifikasi, serta menyediakan daftar pelatihan yang sesuai dengan stream kompetensi karyawan yang bersangkutan.
Adapun fasilitas yang tersedia pada Telkom e-Learning adalah:
o Media pembelajaran online yang dilengkapi dengan tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
o Penyebaran informasi (sosialisasi) kebijakan perusahaan / unit kerja.
o Aktivitas Online, meliputi Test Online dan Sertifikasi Online, merupakan media online yang dapat dipergunakan oleh management atau unit tertentu yang mengetahui tingkat kemampuan karyawan pada suatu kompetensi tertentu.
o Selain Test Online dan Sertifikasi Online, Divisi Learning Center Telkom juga dapat menyediakan layanan tambahan untuk men-support aktivitas online lainnya tergantung kesepakatan antara Unit Kerja terkait.
Demikian sekedar sharing informasi di perusahaan tempat saya bekerja, ucapan terimakasih saya kepada bapak Adie E. Yusuf bahwa makalah Bapak sangat bermanfaat dalam menambah wawasan saya tentang Pemanfaatan ICT Dalam Pendidikan, khususnya tentang Kebijakan dan Standarisasi Mutu
Tanggapan terhadap makalah PEMANFAATAN ICT DALAM PENDIDIKAN KEBIJAKAN DAN STANDARISASI MUTU OLEH DR. H. ADIE E.YUSUF, M.A
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kenyataan menunjukkan TIK telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban dunia terutama ekonomi. Bahkan abad ke-21 diyakini akan menjadi abad baru yang disebut dengan era reformasi ekonomi (digital econimoc).
Sangat hebat memang saya akui untuk pemanfaatan ict dalam dunia pendidikan. Namun yang terjadi sekarang adalah bagaimana pemanfaatan tersebut lebih menuju ke arah pembebasan lisensi dari sebuah perangkat lunak. Tidak sedikit tenaga pengajar (dosen atau pun guru) yang menanamkan aplikasi bajakan pada alat kerja elektroniknya seperti laptop (notebook).
Menurut saya, jika ingin menciptakan siswa / mahasiswa yang handal dan menghargai HAK CIPTA, maka mulai lah setidaknya dari yang paling dekat dulu yaitu pengajar untuk mempergunakan aplikasi berlisensi. Dan jika tidak mampu membeli maka gunakan lah aplikasi bebas (opensource).
Terima Kasih
Salam kreatif…
Salam sukses..