Sebuah desa nan cantik namanya. Campaka. Nama
itu, mirip dengan bunga yang sering dibilang orang Jawa sebagai bunga Kantil.
Mungkin dulu desa ini ditumbuhi oleh berbagai warna bunga campaka, hingga
orang-orang terdahulu menamai desa ini Desa Campaka.
Campaka merupakan desa hasil pemekaran di
Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Letaknya berada tepat di pinggir jalan
raya Malangbong-Tasikmalaya. Akses menuju desa ini tidaklah sulit. Hampir
seluruh angkutan tujuan Tasikmalaya, Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa
Tengah pasti melewati jalan raya ini.
Campaka terletak sekita 2 KM dari Pasar
Malangbong. Warga Campaka biasanya memakai angkutan desa untuk pergi ke pasar
atau sebaliknya. Angkutan ini beroperasi sejak jam 7 pagi hingga sekitar
3 sore dengan ongkos naik seribu rupiah. Dari arah pasar Malangbong atau arah
Bandung, desa ini berada di sebelah kiri jalan. Orang tidak perlu repot
mencari patokan di mana letak persisnya karena sebuah gapura berdiri
tepat di pinggir jalan menandakan wilayah Desa Campaka.
Secara topologi bentuk Campaka seperti huruf U,
dengan dataran yang lebih tinggi di bagian tengah. Ada yang menarik dari desa
ini. Letaknya di pinggir jalan tak membuat desa ini menjadi sesak penuh polusi.
Mengapa begitu? Karena, masih banyak pohon-pohon besar, persawahan, dan hutan
bambu yang berfungsi untuk kembali menetralkan udara kotor. Dedaunan di
ranting-ranting pohon mengayun dan berdesis ketika dihembus angin. Pohon aren,
kopi, cengkih, dan bambu di membuat jalan pembelah desa lebih teduh dan
segar. Di antara sawah dan kebuh itu,banyak terdapat kolam atau balong
milik warga. Ada kolam yang dibuat di dekat rumah atau di dekat sawah.
Kolam atau balong (bahasa Sunda) di Campaka,
bukanlah kolam yang dikhususkan untuk memelihara ikan. Umumnya, warga Campaka
memakai kolam itu untuk tempat akhir pembuangan hajat. Bilik-bilik
berdinding bambu ukuran 1×1 meter tanpa atap berdiri di atas pojok kolam.
Di tengah bilik terdapat sebuah pipa dari bambu sebagai keran air yang
mengalirkan air tak henti-henti. Alirannya tidak bisa disumbat karena bambu
yang terlalu besar. Alhasil, air tersebut mengalir terus dan terbuang sia-sia
ke kolam, dan mengalir lagi ke dalam tanah.
Mayoritas warga Desa Campaka belum memiliki
fasilitas MCK dalam rumah. Sudah bertahun-tahun mereka menggunakan
bilik-bilik itu untuk MCK harian. Alasan biaya yang mahal untuk pembuatan pipa
bambu yang sangat panjang dan kaskus di dalam rumah, membuat mereka
enggan untuk membuat.
Kita bisa melewati jalan pembelah desa
atau jalan utama Desa Campaka yang membujur dari RW 1 sampai 6, dimulai dari
gapura desa. Sayangnya, belum seluruh RT dan RW dilalui jalan yang kini
sudah bersemen dan mulus. Wilayah Campaka terlalu luas yaitu terdiri dari 3
dusun, 6 RW, dan 28 RT. Masih banyak wilayah yang aksesnya sulit, dengan
jalan batu, lumpur, dan menanjak dengan tingkat kemiringan yang bermacam-macam.
Pembangunan jalan desa ini pun baru dimulai 2 tahun terakhir dari hasil
pengajuan proposal ke pemerintah daerah. Melalui dana dari Pemda itulah desa
Campaka bisa mempercantik diri secara bertahap. Selain itu, warga Campaka bisa
mengembangkan potensi desanya, yaitu pengolahan ijuk dan pandai besi. Ijuk
dan besi menjadi komoditi utama Desa Campaka.
Mayoritas warga Campaka bekerja sebagai
pengolah ijuk dan pandai besi, bahkan menjadi mata pencarian utama. Dua bidang
industri tersebut telah menjadi salah satu ciri khas dan keunggulan Desa
Campaka. Ijuk hasil desa Campaka biasanya dipasarkan dalam bentuk bahan mentah
dan sapu. Sedangkan besi sudah diolah menjadi kapak, golok, dan pedang. Kedua
sektor ini memang banyak dijadikan tumpuan hidup warga Campaka.
Meski jumlah pengusahanya banyak, belum ada
paguyuban yang menaungi kerja kedua sektor ekonomi tersebut. Sehingga, warga
pun mengolah dan mengatur usahanya sendiri.
Selain pengolah ijuk dan pandai besi, warga
Campaka juga bermatapencarian sebagai petani, ojek, dan pedagang. Dengan
pekerjaan dan penghasilan yang seadanya, serta fasilitas hidup yang sederhana,
warga Campaka tampak belum bergeming. Latar belakang pendidikanlah yang membuat
mereka sulit untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka di bidang
pendidikan, ekonomi, sosial.
Rata-rata warga Campaka hanya berhasil lulus
sekolah dasar atau MI. Mereka kemudian melanjutkan menjadi pekerja di pabrik
ijuk atau pandai besi. Motivasi dari orang tua yang juga lulusan SD sangatlah
kurang. Sehingga banyak anak-anak Campaka yang enggan pergi ke sekolah.
Anak-anak pun dibiarkan bebas bermain di
jam-jam belajar, meski sudah banyak sekolah-sekolah yang didirikan. Orang tua
dan aparat desa kiranya kurang memperhatikan bagaimana kesejahteraan mereka
kelak. Komunikasi di antara ketiganya kurang terjalin dengan baik.
Komunikasi antara warga dengan aparat
pemerintah desa biasanya dilakukan melalui mulut ke mulut atau lewat siaran di
Musola. Tidak ada papan komunikasi di jalan-jalan desa untuk pengumuman atau
media informasi. Fasilitas kesehatan di Campaka pun minim. Puskesmas hanya
berada di Pasar Malangbong. Sedang untuk kesehatan desa, biasanya warga
menggunakan jasa ibu bidan dan pak raji.
Campaka adalah desa yang menarik untuk
ditinggali, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Seandainya seluruh
elemen masyarakat Desa Campaka memiliki kesadaran yang kuat untuk memperbaiki
dan membangun desanya, niscaya tahun depan desa ini tidak lagi masuk dalam
kategori desa tertinggal.
KKN IAILM SURYALAYA 2012
BalasHapus