PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM INSTRUCTIONAL
PADA KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
BERBASIS KBK
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
A. Kebijakan Umum Kurikulum Pendidikan Tinggi
Pengembangan kurikulum di Perguruan Tinggi secara umum mengacu kepada surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur
kurikulum. berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning
to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.
Bersasarkan pemikiran tentang tujuan belajar tersebut maka mata kuliah
dalam kurikulum perguruan tinggi dibagi atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata
kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan
Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (4) Mata
Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah Berkehidupan
Bermasyarakat (MBB).
Dalam
Ketentuan Umum (7.8,9.10,11) dikemukakan deskripsi setiap kelompok mata
kuliah dalam kurikulum inti dan pada pasal 9 berkenaan dengan kurikulum
institusional. Dengan mengambil rumusan pada Ketentuan Umum, deskripsi
tersebut adalah sebagai berikut: Keputusan Mendiknas yang dituangkan
dalam SK nomor 232 tahun 2000 di atas jelas menunjukkan arah kurikulum
berbasis kompetensi walau. pun secara. eksplisit tidak dinyatakan
demikian.
Surat
Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu".
Kurikulum
berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan,
terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan
yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran
kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang kurikulum harus mengenal
benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan pendekatan kompetensi
dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas pendekatan tersebut
ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus berkembang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu.
SK
Mendilmas nomor 045 tahun 2002 ini memperkuat perlunya pendekatan KBK
dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Bahkan dalam SK
Mendiknas 045 pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa kelima kelompok mata
kuliah yang dikemukakan dalam SK nomor 232 adalah merupakan
elemen-elemen kompetensi.
Selanjutnya,
keputusan tersebut menetapkan pula arah pengembangan program yang
dinamakan dengan kurikulum inti dan kurikulum institusional. Jika
diartikan melalui keputusan nornor 045 maka kurikulum inti berisikan
kompetensi utama sedangkan kurikulum institusional berisikan kompetensi
pendukung dan kompetensi lainnya. Berdasarkan SK Mendiknas nomor 045:
Kurikulum inti yang merupakan penciri kompetensi utama, bersifat:
1) dasar untuk mencapai kompetensi lulusan
2) acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi
3) berlaku secara. nasional dan internasional
4) lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat di masa mendatang, dan
5) kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan
Sedangkan Kurikulurn institusional berisikan kompetensi pendukung serta kompetensi lain yang bersifat khusus dan terkait dengan kompetensi utama.
Dalam
rangka implementasi KBK di perguruan Tinggi, maka hendaknya kita
memperlakukan kelima kelompok mata kuliah tersebut sebagai kelompok
kompetensi. Dengan demikian maka setiap mata kuliah harus menjabarkan,
kompetensi yang dikembangkan mata kuliah tersebut sehingga setiap mata
kuliah memiliki matriks kompetensi. Setelah itu dapat dikembangkan
matriks yang menggambarkan sumbangan setiap mata kuliah terhadap kelima,
kategori kompetensi.
Dengan
kurikulum berbasis kompetensi maka sistem penilaian hasil belajar
haruslah berubah. Ciri utama perubahan penilaiannya adalah terletak pada
pelaksanaan penilaian yang berkelanjutan serta komprehensif, yang
mencakup aspek-aspek berikut:
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
a. Penilaian hasil belajar
b. Penilaian proses belajar mengajar
c. Penilaian kompetensi mengajar dosen
d. Penilaian relevansi kurikulum
e. Penilaian daya dukung sarana. dan fasilitas
f. Penilaian program (akreditasi)
Sementara itu strategi yang dapat digunakan adalah:
a. Mengartikulasikan standar dan desain penilaian di lingkungan pendidikan pendidikan tinggi.
b. Mengembangkan kemampuan dosen untuk melakukan dan memanfaatkan proses pernbelajaran
c. Mengembangkan kemampuan subyek didik untuk memanfaatkan hasil penilaian dalam meningkatkan efektifitas belajar mereka
d. Memantau dan menilai dampak jangka panjang terhadap proses dan hasil belajar.
Perubahan
yang mendasar juga terjadi pada kriteria lulus dan tidak lulus
(menguasai kompetensi atau tidak). Dalam konteks ini tidak setiap
kompetensi memiliki rentangan 0 - 4 atau E, D, C. B, dan A, melainkan
pendekatan penilaian yang bersifat mastery (Mastery-based Evaluation)
untuk menggantikan pendekatan skala yang digunakan pada saat ini.
Untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan KBK ini dengan baik sejumlah
komponen perlu terlibat secara inten dan memberikan perannya
masingmasing sesuai dengan kapasitasnya, antara lain:
1) Visi dan Misi kelembagaan dan kepemimpinan yang berorientasi kualitas dan akuntabilitas serta peka terhadap dinamika pasar.
2) Partisipasi
seluruh sivitas akademika (dosen, naahasiswa) dalam bentuk "shared
vision" dan "mutual commitment" untuk optimasi kegiatan pembelajaran.
3) Iklim dan kultur akademik yang kondusif untuk proses pengembangan yang berkesinambungan.
4) Keterlibatan kelompok masyarakat pemrakarsa (stakeholders) serta. Masyarakat pengguna lulusan itu sendiri.
”PENDIDIKAN GURU BERBASIS INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY”
Abstrak
Pendidikan
terus berupaya menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan global,
tak terkecuali pola pendidikan bagi guru. Penggunaan ICT dalam
pendiidkan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk penyelenggaraan
pendidikan bagi para calon guru dan para guru profesional. Terdapat
beberapa model pembelajaran guru di beberapa negara dengan sistem
pendidikan terbuka dengan pembelajaran jarak jauh misalnya : penggunaan
Tvplus jurnalistik di Brazil, Pemanfaatan Radio interaktif di Afrika
Selatan, Pengembangan kepala sekolah di Burkino Faso Afrika dan
penggunaan ICT di CILI. Model yang banyak digunakan oleh beberapa negara
adalah dengan pemanfaatan ICT terutama dengan sistem elearning. Hal
tersebut diperkuat dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional No.107/U/2001 (2 Juli 2001) tentang ‘Penyelenggaraan Program Pendidikan Tinggi Jarak Jauh’,
maka perguruan tinggi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan
e-learning, juga telah diijinkan menyelenggarakan-nya. Lembaga lembaga
pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memafaatkan
keunggulan e-learning ini untuk program-programnya termasuk program
pendidikan guru sedianya dilakukan analisis secara mendalam kemungkinan
untuk diterapkan dalam pendidikan jarak jauh dengan menerapkan ICT.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS ICT DI SEKOLAH
Oleh : Cepi Riyana, S.Pd., M.Pd.
"Membantu mewujudkan Sekolah yang Berstandar dan Bermutu..."
LAYANAN PELATIHAN ICT UNTUK GURU
Rasional
Kebutuhan
akan multimedia Interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi
perkembangan Teknologi Informasi (IT) semakin berkembang pesat. Dalam
dunia pendidikan misalnya siswa mulai dari pra-sekolah, SD, SMP dan
SMU/SMK dituntut untuk mengenal TI sejak dini. Kebutuhan ini tidak hanya
sebagai wacana tetapi dilegalisasi melalui terbitnya Kurkulum 2004 yang
memasukan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
sekolah, lebih khusus lagi SMK TI secara spesifik mempelajari TI sebagai
suatu keahlian produktif. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah,
pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan
perangkat hardawre komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan
diberikannya BOM (bantuan perasional Manajemen) yang salah satunya harus
dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang
pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai
alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum
lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar,
menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran
yang diharapkan.
Atas dasar
pentingnya bahan pembelajaran berbasis ICT yang dirancang oleh guru bagi
peningkatan kualitas pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dan untuk kepentingan publikasi komunikasi dan
informasi lembaga, maka sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk
adanya peningkatan kemampuan para pelaku pendidikan/ pelatihan terutama
guru untuk memiliki kemampuan dalam merancang multimedia interaktif
untuk mengemas berbagai materi-materi pelajaran. Dengan demikian
diperlukan adanya kegiatan Pelatihan Pembuatan Multimedia Interaktif
berbasis Komputer .
Jenis Kegiatan Pengembangan
Terdapat beberapa jenis kegiatan
pengembangan kompetensi guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK dalam
penguasaan ICT untuk diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, yakni:
- Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Pelatihan Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran
- Pelatihan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
- Pelatihan Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
- Pelatihan Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Tujuan Kegiatan Pengembangan
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan CD interaktif berbagai Mata Pelajaran yang dikuasainya untuk digunakan dalam PBM.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam penguasaan Internet Dasar dan Pemanfaatan Internet sebagai Sumber Belajar Effektif.
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Web Blog (Company web dan Personal Web)
- Para Guru memiliki kompetensi dalam Pembuatan Desain web untuk E-Learning dan Learning Management System (LMS)
Materi Pelatihan
Pelatihan Pembuatan Desain Presentasi Multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector.
- Power Point 2003/2007 Basic dan enrichment.
- Power Point to Flash (Mengubah file power point menjadi File format SWF)
- Articulate Presenter
- Teknik Penggunaan (use) dan pemeliharaan (maintenance) Multimedia Projector (all brand all type)
- Prinsip-prinsip desain presentasi sesuai dengan kaidah komunikasi visual Teknologi Pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar